Kamis , 28 Jul 2016, 16:13 WIB

Industri Pariwisata Siap Berkonsolidasi dengan 3 Ujung Tombak

Red: Dwi Murdaningsih
Antara/Irsan Mulyadi
Seorang pemandu dan wisatawan mancanegara menari disamping patung Sigale-Gale, di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumut, Sabtu (24/8). Seorang pemandu dan wisatawan mancanegara menari disamping patung Sigale-Gale, di Desa Tomok, Kecamat
Seorang pemandu dan wisatawan mancanegara menari disamping patung Sigale-Gale, di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumut, Sabtu (24/8). Seorang pemandu dan wisatawan mancanegara menari disamping patung Sigale-Gale, di Desa Tomok, Kecamat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Didien Junaedy terpilih sebagai Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI). Dia langsung merancang organisasi ini dengan tiga ujung tombak. Yakni Pemasaran Pariwisata, Pengembangan Destinasi, dan Percepatan Peningkatan Kuantitas dan Kualitas SDM. Persis dengan tiga kompartemen deputi yang ada di Kemenpar.

“Tiga ujung tombak itu telah disahkan oleh Munas. Dan kami akan melaksanakannya dengan konsisten, kreatif dan penuh sikap inisiaif,” kata Didien Junaedy, Ketua GIPI terpilih 2016-2021.

Didien secara aklamasi dipilih menjadi Ketua Umum GIPI dalam Musyawarah Nasional organisasi itu di Bandung, Senin 5 Juli 2016 lalu. GIPI adalah wadah semua asosiasi dan organisasi yang bergerak di sector pariwisata. Organisasi ini pun dikategorikan, mana saja yang masuk kategori Pemasaran, seperti ASITA (Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies). Lalu Pengembangan Destinasi seperti PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia), dan SDM seperti Perhimpunan Pramuwisata Indonesia (PHI).

Munas I GIPI lalu dihadiri 32 organisasi industri pariwisata. Unsur-unsur Pentahelix-nya lengkap. Ada unsur Academician (A), Business (B), Community (C), Government (G) dan Media (M), yang selalu dicanangkan oleh Menpar Arief Yahya sejak dilantik sebagai Menpar oleh Presiden Joko Widodo. Sebelumnya, Didien Junaedy juga memimpin GIPI periode 2011-2016.

Program kerja yang telah disusun itu ikut direspon Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA). Fokus di pemasaran pariwisata, pengembangan destinasi, dan percepatan peningkatan kuantitas dan kualitas SDM, menurut ASITA, sejalan dengan program kerja yang sudah dijalankan Kementerian Pariwisata.

“Programnya bagus. Sangat pas dengan program pak menteri (Arief Yahya, red). Pak Didien itu tipe pejuang, pekerja keras dan memiliki kemampuan dalam mengembangkan pariwisata Indonesia. Saya yakin beliau  bakal fight membantu penerimaan kunjungan wisman hingga 20 juta orang sebagaimana yang ditargetkan Presiden  Jokowi,” ujar Asnawi Bahar, Ketua Umum ASITA.

Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan ucapan selamat kepada Didien. Dia menegaskan pentingnya peran industri dan asosiasi pariwisata dalam mengembangkan pariwisata Indonesia. Justru mereka inilah yang menjadi ujung tombak dalam mengembangkan ekosistem Pariwisata di Indonesia. “Untuk membangun pariwisata sesuai dengan target nasional, diperlukan peran dan dukungan dari semua elemen. Perlu sinergi pentahelix di atas,” ujarnya.

Ke depan, tantangan pariwisata memang tak ringan. Presiden Jokowi sudah memancang target kenaikan dua kali lipat kunjungan wisatawan hingga 2019. Pariwisata juga diminta memberikan kontribusi pada PDB nasional sebesar 8 persen, dengan devisa Rp 280 triliun, serta 13 juta lapangan kerja.

Angka riilnya? Lumayan tinggi. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ditargetkan mampu menembus 20 juta. Sementara pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) 275 juta. Selain itu, Indonesia juga membidik indeks daya saing pariwisata Indonesia berada di ranking 30 dunia.

Dalam perjalananannya, capaian pariwisata di 2015 sudah mulai membaik. Jumlah kunjungan wisman menembus angka 10 juta. Jumlah perjalanan wisnus 255 juta. Sementara  kontribusi pariwisata terhadap PDB Nasional sebesar 4 persen dengan devisa yang dihasilkan sekitar Rp 155 triliun. Dan di dalamnya ada 11,3 juta lapangan kerja yang diciptakan. Angka indeks daya saing juga naik signifikan 20 poin menjadi ranking 50 dari 141 negara.

“Kita harus bangun spirit bahwa pariwisata Indonesia bisa mengalahkan pariwisata Malaysia dan Thailand. Pariwisata harus menjadi penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia,” kata Arief Yahya.