Sabtu 05 Dec 2020 00:48 WIB

100 Ribu Relawan Bantu Riset Covid Saat Tidur, Kok Bisa?

Aplikasi DreamLab meneliti dengan data ponsel yang dikumpulkan saat penggunanya tidur

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi tidur
Foto: Needpix
Ilustrasi tidur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti kebanyakan orang, perempuan bernama Hannah Lawson-West memiliki jam tidur rutin setiap malam. Ia biasanya mulai bersiap untuk beristirahat sekitar pukul 22.30, dengan mencuci muka dan menggosok gigi.

Saat di tempat tidur, Hannah membuka ponselnya sebentar untuk melihat berita dan media sosial. Perempuan asal London, Inggris itu kemudian mengisi daya ponsel, meninggalkannya sambal tidur.

Baca Juga

Selama delapan jam berikutnya, ponsel Hannah aktif dan memungkinkan para ilmuwan menggunakan kekuatannya untuk membantu penelitian virus corona jenis baru (COVID-19). Hal itu tercatat telah berlangsung lebih dari setahun.

Ponsel milik Hannah sejauh ini telah menyelesaikan hampir 2.500 perhitungan yang dibutuhkan ilmuwan untuk penelitian terkait COVID-19. Perempuan berusia 31 tahun itu adalah satu dari hampir 100.000 orang di seluruh dunia yang secara teratur menyumbangkan waktu komputasi ponsel cerdas ke aplikasi DreamLab.

Aplikasi ini mencari melalui simulasi digital molekul makanan untuk menilai kombinasi nutrisi mana yang mungkin menawarkan beberapa manfaat medis untuk mengobati COVID-19 atau mereka yang menderita gejala penyakit dalam jangka panjang.

Saat ini tidak ada bukti bahwa makanan apa pun dapat membantu orang dengan Covid, atau menghentikan mereka tertular Covid. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengeksplorasi temuan proyek untuk menentukan apakah mereka benar-benar bermanfaat.

Studi ini dijalankan oleh Imperial College London dan yayasan amal Vodafone Foundation dan penelitiannya telah diterbitkan dalam jurnal peer-review.

Tim peneliti mengatakan  jaringan komputer smartphone sukarelawan ini sangat berharga untuk upaya tersebut. Kelompok ponsel sangat kuat sehingga dapat memproses pengumpulan data hanya dalam tiga bulan, yang akan memakan waktu 300 tahun untuk diproses oleh komputer biasa.

“Saya pertama kali diperkenalkan ke aplikasi ini pada saat ayah saya didiagnosis menderita kanker darah. Proyek pertama yang saya 'perkuat' adalah mencoba mempercepat penemuan obat kanker,” ujar Hannah dalam sebuah pernyataan, dilansir BBC, Jumat (4/12).

Saat pandemi COVID-19 melanda, Hannah merasa perlu untuk berpartisipasi dalam proyek khusus mengenai penyakit ini. Ia mengaku sering membuka DreamLab di akhir pekan dan merasa sangat mudah untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat.

Relawan seperti Hannah sejauh ini telah melakukan lebih dari 53 juta perhitungan. Aplikasi ini tersedia di seluruh dunia dan saat ini memiliki pengguna di 17 negara termasuk diantaranya adalah Inggris, Australia, Afrika Selatan, Jerman, Ghana, Yunani, Spanyol, dan Portugal.

Angélica Azevedo juga menjadi salah satu sukarelawan yang berasal dari Lisbon, Portugal. Ponselnya secara diam-diam menghitung saat ia tidur.

“Ibu saya meninggal karena leukemia saat pandemi COVID-19. Karena itulah, saya merasa jika hisa melakukan sesuatu untuk membantu menemukan obat penyakit ini, maka saya akan melakukannya,” kata Angélica.

Angélica mengatakan suka melihat aplikasi di pagi hari untuk memulai hari dengan sesuatu yang positif. Perempuan berusia 28 tahun itu memeriksa berapa banyak perhitungan yang dilakukan ponselnya dalam semalam.

Kirill Veselkov dari Fakultas Kedokteran Imperial College London mengatakan sangat berterima kasih kepada semua orang yang telah membantu meningkatkan penelitian dalam aplikasi itu. Proyek yang disebut dengan ‘Corona-AI’ baru 55 persen selesai, tetapi bahkan dengan superkomputer di universitasnya. Timnya tidak dapat mencapai sejauh yang dimiliki para sukarelawan dalam waktu sesingkat itu.

“Sebanyak 100.000 ponsel cerdas dua hingga tiga kali lebih cepat daripada super-komputer yang saya akses, jadi sungguh luar biasa melihat begitu banyak orang memberi kami komputasi mereka setiap malam,” kata Veselkov.

Setiap kali seorang sukarelawan berhasil menyelesaikan perhitungan, apa yang sebenarnya dilakukan ponsel adalah melalui simulasi kompleks dan mencoba berbagai kombinasi molekul makanan untuk melihat kombinasi mana yang secara teoritis dapat membantu seseorang melawan COVID-19. Ada hampir 100 juta kombinasi berbeda untuk mencobanya, semakin banyak ponsel, semakin baik.

Makalah daeri studi Veselkov akan diterbitkan dalam jurnal Human Genomics. Dalam makalah tersebut, para peneliti mengatakan mereka telah menemukan lebih dari 50 molekul spesifik yang secara teoritis dapat memiliki sifat anti-COVID-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement