Selasa 20 Oct 2020 16:37 WIB

Menristek: Indonesia Dorong Kerja Sama Vaksin dengan UE

Sinergi dan kolaborasi riset merupakan kunci kegiatan penelitian dan pengembangan.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Fuji Pratiwi
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro. Bambang mengatakan, saat ini Indonesia sedang melirik proses kolaborasi riset dengan negara-negara Uni Eropa (UE).
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro. Bambang mengatakan, saat ini Indonesia sedang melirik proses kolaborasi riset dengan negara-negara Uni Eropa (UE).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, saat ini Indonesia sedang melirik proses kolaborasi riset dengan negara-negara Uni Eropa (UE). Salah satu yang diusahakan adalah pengembangan dan potensi kerja sama vaksin.

"Sampai saat ini memang belum ada yang langsung kerja sama, tapi salah satu potensi vaksin mungkin juga berasal dari salah satu negara Uni Eropa. Kami akan menghubungi diaspora Indonesia di negara Uni Eropa," kata Bambang, dalam keterangannya, Selasa (20/10).

Baca Juga

Menurutnya, Indonesia harus terus mendorong penguatan kolaborasi dan sinergi riset. Bambang mengatakan, sinergi dan kolaborasi diperlukan untuk menciptakan berbagai hasil riset dan inovasi yang menjawab berbagai permasalahan bangsa.

"Sinergi dan kolaborasi riset merupakan kunci dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu, kami mengapresiasi pelaksanaan European Research Day Indonesia (ERD) 2020, dimana membuka peluang baru bagi Indonesia untuk berkolaborasi dengan peneliti di sejumlah negara Uni Eropa," kata dia menambahkan.

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket mengatkaan, inisiatif kerja sama global membutuhkan banyak mitra. Kerja sama berbagai macam pemangku kepentingan dapat menawarkan solusi yang paling sesuai terhadap tantangan global tanpa mengenal batas negara.

Misalnya pada saat pandemi Covid-19, Uni Eropa telah menginvestasikan 458,9 juta euro untuk penelitian dan inovasi yang secara khusus menangani Covid-19. Piket mengatakan, ke depannya penelitian yang dilakukan tak hanya terbatas pada sumber daya alam saja, tapi juga sektor lainnya.

"Uni Eropa berkomitmen untuk mengatasi tantangan terbesar saat ini yaitu perubahan iklim," kata Piket.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement