Jumat 06 Mar 2020 14:46 WIB

Mengenal BlueDot, Platform AI Penemu Wabah Corona

BlueDot merupakan platform AI yang dirancang melacak penyebaran penyakit menular.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
BlueDot merupakan platform AI yang dirancang melacak penyebaran penyakit menular (Foto: Kecerdasan buatan (Ilustrasi))
Foto: Flickr
BlueDot merupakan platform AI yang dirancang melacak penyebaran penyakit menular (Foto: Kecerdasan buatan (Ilustrasi))

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dialah Kamran Khan, seorang Ahli Epidemiologi dan Dokter asal Toronto, Amerika Serikat (AS), yang berhasil membangun BlueDot. BlueDot adalah perangkat lunak yang dirancang untuk melacak, menemukan, dan membuat konsep penyebaran penyakit menular.

Perangkat bekerja mengirimkan peringatan, seperti sinopsis singkat dari wabah penyakit melalui teknologi artificial intelligence (AI). Kunci BlueDot adalah big data atau data yang sangat besar. Mesin pintarnya akan memilih data dari ratusan ribu sumber, termasuk demgrafi populasi.

Baca Juga

Nama BlueDot populer setelah sebelumnya berhasil mendeteksi wabah corona di Wuhan, China, pada Desember 2019. Temuan BlueDot bahkan jauh lebih cepat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang merilis pernyataannya terkait adanya virus corona baru di pertengahan Januari 2020.

Khan mendirikan BlueDot karena terinspirasi kasus pandemik SARS pada 2003 silam. Dia masih ingat, sebagai Ahli Epidemiologi, Khan pernah mengalami kelelahan mental dan emosional akibat wabah SARS.

Saat itu, wabah SARS berlangsung selama enam bulan dan menewaskan total 774 orang di 29 negara. Bahkan, SARS ikut menwaskan rekan medisnya. Tak hanya itu, menurut Centers for Disease Control (CDC), SARS menelan biaya sekitar 40 miliar dolar AS secara global.

“Tentu saja tidak ada dari kita yang tahu apa itu SARS sampai benar-benar muncul di kota-kota dan rumah sakit kami,” ujar Khan, dilansir melalui CNBC, Jumat (6/3).

Sejak saat itu, Khan selalu terbayang dengan kalimat 'Sebarkan pengetahuan lebih cepat daripada penyakit yang menyebar sendiri'. Kalimat itu lantas membuat Khan berani mendirikan BlueDot, platform yang memanfaatkan teknologi artificial intelligence (AI) untuk mendeteksi wabah penyakit menular.

Khan mendirikan BlueDot secara tak sengaja. Profesor Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat di Universitas Toronto, AS, ini tidak pernah kuliah bisnis apalagi memahami dunia coding. Khan hanya berbekal pengalamannya sebagai Ahli Epidemiologi dan Dokter di Toronto selama wabah SARS berlangsung.

“Apa yang saya pelajari selama SARS adalah, jangan terjebak dengan kelasi, mari kita antisipasi daripada bereaksi,” kata Khan.

Dia juga belajar bahwa mengandalkan lembaga pemerintah untuk melaporkan informasi tentang aktivitas penyakit menular, butuh waktu yang lama. Internet telah menjadi media yang menarik bagi para Ahli Epidemiologi untuk mengumpulkan informasi tentang aktivitas penyakit menular yang datang tanpa diundang.

Terdorong untuk mengembangkan teknologi yang lebih baik menangani wabah penyakit menular, selama lebih dari satu dekade, Khan mempelajari bagaimana penyakit menyebar secara global. Kemudian, sekitar enam tahun lalu, Khan mendirikan BlueDot.

Nama BlueDot diambil dari deskripsi ilmuwan Carl Sagan tentang Bumi yang ditangkap dalam foto dari NASA Voyager 1 pada 1990. Sejak saat itulah teknologi yang ia bangun mulai dilirik dunia.

“Kami merasa bahwa ada kebersamaan ketika kita berurusan dengan penyakit menular,“ ujar Khan.

Sejauh ini, BlueDot telah berhasil memprediksi bahwa virus Zika akan menyebar ke Florida pada 2016, enam bulan sebelum itu terjadi. Perangkat lunak itu juga dapat menentukan bahwa wabah Ebola pada 2014 akan meninggalkan Afrika Barat.

Manfaat utama menggunakan AI adalah kemampuan untuk mengawasi wabah lain yang terjadi sepanjang waktu, sementara perhatian orang adalah pada virus corona. Salah satu contohnya, saat ini, ada peningkatan dalam demam Lassa di Afrika Barat.

Sementara lassa itu melonjak dan yang lainnya mungkin tidak mengarah pada pandemi global atau wabah besar. Lassa masih mempengaruhi masyarakat dan populasi yang harus diwaspadai pejabat kesehatan.

“Di mana manusia dapat dengan mudah terganggu, kita dapat memiliki mesin yang terus mengawasi segala sesuatu yang terjadi,” ujar Khan.

Perusahaan yang sudah berdiri sekitar enam tahun yang lalu ini sudah menerima pendanaan 9,4 juta dolar AS hingga 2019. Saat ini, BlueDot memiliki tim utama sekitar 40 orang, termasuk dokter hewan, ahli epidemiologi, insinyur, ilmuwan data, dan pengembang perangkat lunak. Saat ini, Khan masih harus melihat apa dampak BlueDot terhadap pelacakan penyebaran penyakit dalam skala yang lebih besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement