Rabu 22 Aug 2018 12:34 WIB

Satelit Merah Putih Jalani Tes di Orbit 108 Bujur Timur

Satelit Merah Putih diharapkan siap digunakan pada minggu ketiga September 2018.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Satelit Merah Putih milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) berhasil mengorbit pada Selasa (7/8).
Foto: telkom
Satelit Merah Putih milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) berhasil mengorbit pada Selasa (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah diluncurkan pada 7 Agustus lalu, Satelit Merah Putih milik PT Telkom Indonesia Tbk saat ini telah berada di orbit 108 derajat Bujur Timur. Pada Jumat (18/8) pukul 23.00 WIB, Satelit Merah Putih itu sudah menyelesaikan tahapan Orbit Raising sesuai jadwal dan berada dalam kondisi normal.

“Saat ini Satelit Merah Putih telah berada di slot orbit 108 derajat Bujur Timur atau di atas sekitar wilayah Selat Karimata. Kini sedang menjalani In Orbit Test (IOT),” ujar Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo, melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu, (22/8).

Ia menjelaskan, kegiatan IOT dilaksanakan sekitar 25 hari sejak 18 Agustus. Jika in orbit test berhasil dilalui tanpa kendala, diharapkan satelit ini siap digunakan pada minggu ketiga September 2018.

Satelit Merah Putih yang diluncurkan dari Cape Canaveral Air Force Station, Orlando, Florida, Amerika Serikat ini membawa 60 transponder. Terdiri dari 24 transponder C-Band dan 12 transponder Extended C-Band berusia desain 16 tahun.

Ke depannya satelit ini direncanakan beroperasi melayani wilayah Indonesia serta negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan. “Kami mohon doa dari seluruh masyarakat Indonesia untuk kelancaran seluruh proses teknis yang harus dilalui oleh Satelit Merah Putih, sehingga satelit dapat beroperasi sesuai jadwal yang ditentukan," tutur Arif. 

Kehadiran Satelit Merah Putih, kata dia, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan transponder nasional, mengurangi digital divide di Indonesia. Satelit ini akan menghadirkan layanan komunikasi broadband di area-area yang tidak dapat dijangkau oleh teknologi fiber optic maupun sistem komunikasi lainnya, khususnya di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement