Senin 13 Feb 2012 14:24 WIB

Bank Islam Malaysia Berhasrat Beli Saham Bank Muamalat

Rep: N Nur Aini / Red: Djibril Muhammad
Bank Muamalat
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bank Muamalat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bank Islam, bank syariah terbesar kedua di Malaysia, menyatakan minatnya untuk membeli saham PT Bank Muamalat Indonesia. Institusi keuangan Timur Tengah seperti Islamic Development Bank, Boubyan Bank Kuwait dan perusahaan investasi Saudi Sedco saat ini mendominasi kepemilikan saham Bank Muamalat.

Mereka memiliki sekitar 75 persen saham Bank Muamalat. Sebelumnya, mereka menyatakan akan menjual saham bank syariah tertua di Indonesia tersebut.

Seperti diberitakan Reuters, Senin (13/2), Bank Indonesia sudah memberi sinyal atau kesempatan bagi bank syariah untuk membeli saham Bank Muamalat. Sumber Bank Islam sendiri menyatakan tertarik untuk ekspansi bisnis di Indonesia.

Namun, mereka enggan menyebut ekspansi tersebut dilakukan dengan akuisisi Bank Muamalat. Saham BIMB sendiri naik 1,3 persen menjadi 2,21 Ringgit pada Senin.

Sekitar 51 persen saham Bank Islam dimiliki perusahaan keuangan syariah Malaysia, grup BIMB Holdings. Sebelumnya, grup tersebut sempat menyatakan tidak tertarik dengan saham Bank Muamalat.

Pada Juli tahun lalu, Qatar Islamic Bank telah menarik diri dari penawaran saham mayoritas di Bank Muamalat. Satu-satunya perusahaan yang berniat membeli saham Bank Muamalat waktu itu tinggal Standard Chartered Plc.

Terkait rencana tersebut, Direktur Utama Bank Muamalat, Arviyan Arifin mengatakan pihaknya belum menerima informasi Bank Islam yang ingin membeli saham Bank Muamalat. "Saya malah belum tahu. Nanti dicek dulu informasinya," ujarnya.

Bahkan menurutnya, jika rencana Bank Islam tersebut benar, maka bank Malaysia tersebut menjadi satu-satunya bank syariah yang berniat membeli saham Bank Muamalat.

Meski sebelumnya pemilik saham Timur Tengah menyatakan akan menjual kepemilikan saham Bank Muamalat, Arviyan mengatakan pihaknya belum menerima informasi siapa saja yang menawar saham tersebut. "Itu wewenang pemilik saham. Sejauh ini, kami belum dikasih tahu," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement