Kamis 16 Jun 2011 19:24 WIB

Penurunan Aset Perbankan Syariah Sebuah Dinamika Bisnis

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: taufik rachman
BRI Syariah
Foto: Amin Madani/Republika
BRI Syariah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Penurunan aset perbankan syariah merupakan dinamika dalam bisnis, bukan disebabkan oleh  spin off bank syariah yang belum matang.

Penilaian itu dilontarkan Direktur Utama BRI Syariah, Vetje Rahardjo, Kamis (16/6) . Ia menyebutnya sebagai dinamika biasa dalam bisnis. Ia melihat sejumlah bank umum syariah memang tengah bersiap-siap melakukan ekspansi terutama infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM).

“Saya kira ada up and down sebentar,” ujarnya . Tapi ia menilai ke depan, bakal terjadi pertumbuhan cepat. Memasuki bulan puasa nanti, Vetje memprediksi pertumbuhan akan kembali melambat. Pasalnya, terdapat sejumlah faktor yang menunjang hal ini.

Namun, Vetje optimistik, hingga akhir tahun perbankan syariah bisa tumbuh sesuai target BI. Ia membantah penurunan ini terjadi karena spin off bank syariah yang belum matang.

Direktur Bisnis BNI Syariah, Bambang Widjanarko, mengaku selama kuartal pertama hingga April posisi aset dan DPK BNI Syariah cenderung stabil. Ia mengaku peningkatan terjadi pada giro dan tabungan.

“Hanya deposito sedikit menurun,” katanya Kamis (16/6). Untuk pembiayaan, ia mengatakan tren yang terlihat juga terus meningkat.

Berdasar statistik Bank Indonesia,aset perbankan syariah turun sekitar satu persen dari Maret 2011 sebesar Rp 101,189 triliun menjadi Rp 100,568 triliun. Penurunan aset ini terlihat seiring turunnya penyaluran dana perbankan syariah dari Rp 98,442 triliun menjadi Rp 98,426 triliun.

Meskipun pembiayaan, baik dalam rupiah maupun valas cukup meningkat, dari Rp 74,253 triliun menjadi Rp 75,771 triliun, namun penyaluran dana antar bank mengalami penurunan.

Sementara itu, dari data statistik yang sama, BI mencatat terjadi pertumbuhan pada jumlah kantor perbankan syariah dari 1.575 menjadi 1.591 kantor. BUS berhasil menambah jumlah kantor dari 1.268 menjadi 1.276.

Dari UUS, BI mencatat terjadi juga pertumbuhan kantor ndari 307 menjadi 315. Tapi, untuk BPRS, jumlah kantor justru tetap di posisi 293 kantor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement