Selasa 04 Oct 2022 19:30 WIB

Persija Jakarta Berharap Insiden di Kanjuruhan Jadi yang Terakhir

Pelatih Persija memutuskan untuk berhenti bicara tentang sepak bola sementara waktu.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Endro Yuwanto
Pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll (kiri) memperhatikan para pemain saat latihan belum lama ini.
Foto: ANTARA FOTO
Pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll (kiri) memperhatikan para pemain saat latihan belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persija Jakarta turut mengucapkan bela sungkawa atas insiden yang menewaskan ratusan orang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Sebanyak 125 orang meninggal dalam tragedi Kanjuruhan dan itu menjadi salah satu tragedi sepak bola terbesar di dunia.

Presiden Persija Jakarta, Muhamad Prapanca, berharap itu menjadi kasus terakhir di sepak bola Indonesia.

Baca Juga

"Saya mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, saya mendoakan untuk semua korban agar mendapat tempat di sisi-Nya dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Saya berharap semoga insiden di Malang menjadi kasus terakhir di sepak bola Indonesia," kata Prapanca, dikutip dari laman resmi klub, Selasa (4/10/2022).

Tak jauh berbeda, pelatih Persija Jakarta, Thomas Doll, juga mengungkapkan kesedihannya atas tragedi di Kanjuruhan tersebut. Menurutnya, hal itu sama sekali tidak boleh terjadi dalam sepak bola. Ia menghormati suasana duka yang dirasakan oleh semua pihak dan memutuskan untuk berhenti bicara tentang sepak bola sementara waktu.

"Saya merasakan kesedihan yang luar biasa karena hal seperti ini tidak boleh terjadi di sepak bola. Saya mengucapkan turut berbela sungkawa pada keluarga dan kerabat korban. Saya akan membahas sepak bola lagi ketika semua masalah yang menyebabkan tragedi ini sudah terselesaikan," kata Thomas.

Sementara itu, kapten Persija, Andritany Ardhiyasa, mewakili tim mengatakan, semua pemain juga merasakan duka mendalam atas peristiwa ini. Ia berharap semua korban mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.  

"Saya berharap hal seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan karena kami menginginkan sepak bola adalah olahraga yang bisa dinikmati oleh semua kalangan tanpa ada rasa takut," kata pemain kelahiran Jakarta 30 tahun lalu itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement