Rabu 03 Mar 2021 10:02 WIB

Membedah Jatah ke Zona Liga Champions

Inggris, Italia, dan Spanyol, mengirimkan empat wakil.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Muhammad Akbar
logo liga champions
Foto: aa.com.tr
logo liga champions

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Liga Champions Eropa salah satu kompetisi antarklub sepak bola, paling digemari di muka bumi.

Sederet jawara benua biru dipertemukan di satu gelanggang. Ada banyak drama, perseteruan, hingga rivalitas. Ini di luar konteks teknis yang sudah pasti berkelas dunia. Ajang ini dimulai pada 1955.

Saat itu kompetisinya bernama Piala Eropa atau European Cup. Ada 16 tim bertarung. Sejak awal, tak ada putaran grup. Semua bersaing layaknya sistem gugur hingga partai final.

Real Madrid menunjukkan kedigdayaannya. El Real mendapatkan trofi ini dari edisi perdana hingga tahun kelima secara beruntun. Rekor tersebut bertahan hingga sekarang.

Pada musim 1992/93, kompetisi ini mengalami perubahan format dan nama. Sejak saat itu, ajang ini dimulai dari kualifikasi dalam tiga tahapan. Kemudian fase grup hingga babak sistem gugur.

Semua tim bertemu satu sama lain, dalam dua leg — laga kandang dan tandang. Kecuali di babak final, di mana hanya berlangsung pertandingan tunggal di tempat yang sudah ditentukan UEFA. Nama kejuaraan menjadi Liga Champions.

Tim yang bertarung di kompetisi tersebut berdasarkan koefisien UEFA dari asosiasi anggota (UEFA). Koefisien UEFA terhitung dari kinerja klub sebuah asosiasi dalam lima tahun. Bagaimana sepak terjang mereka di Liga Champions, juga Liga Europa.

Semakin tinggi koefisian Eropa sebuah asosiasi, semakin banyak tim yang mewakili negara tersebut di ajang elite benua biru ini. Contohnya Spanyol, Inggris, Jerman, dan Italia yang berhak mengirimkan empat wakil ke kompetisi ini.

Berjalannya waktu, nyaris selalu ada perubahan format Liga Champions. Disesuaikan dengan momentum di lapangan. Tapi prinsipnya tak berubah, yakni kualifikasi, babak grup yang terdiri dari 32 tim, fase knock out (dari 16 besar hingga semifinal), kemudian final.

Salah satu perubahan terjadi pada musim lalu. Di mana sejak babak delapan besar hingga semifinal, tak ada pertandingan dalam dua leg. Semua dibuat seperti final. Itu karena adanya pandemi covid-19.

Selanjutnya, UEFA merencanakan perubahan besar pada format Liga Champions. Jika berjalan lancar, format terbaru ini, mulai diaplikasikan sejak 2024.

Langkah ini sebagai respons UEFA untuk menolak peluncuran kompetisi terpisah. Sebelumnya beredar wacana bakal ada Liga Super Eropa. Perubahan pertama dari sisi jumlah peserta. Usulan UEFA adalah meningkatkan dari 32 menjadi 36.

Inggris, Italia, dan Spanyol, mengirimkan empat wakil. Dengan adanya aturan baru tersebut, tim-tim besar yang gagal finis di zona big four masih berpeluang mentas di pentas Eropa. Itu berdasarkan catatan sejarah mereka di Eropa.

Kemudian Prancis bisa mengirimkan tiga wakil. Dua seperti biasanya. Tim yang finis di peringkat ketiga klasemen akhir Ligue 1, harus mengikuti kualifikasi Liga Champions terlebih dahulu.

Selanjutnya, 36 tim tersebut dilebur dalam sistem liga. Setiap tim bakal memainkan 10 pertandingan secara acak. Posisi mereka selama pramusim turut menentukan siapa calon lawan nantinya.

Saat memasuki babak 16 besar, tetap memakai sistem gugur. Pesertanya, terdiri dari delapan klub peringkat teratas. Sisanya diambil dari hasil playoff, 16 tim berikutnya.

Perubahan format ini bisa membuat UEFA dan klub mendapatkan pemasukan tambahan dari hak siar dan hadiah uang. Sebab bakal ada 180 pertandingan selama penyisihan grup. Namun rencana di atas, belum ada legalitasnya.

Dengan formasi semacam itu maka menjadi sangat wajar kalau setiap klub bakal berjuang ngotot demi bisa mendapat tiket tampil ke turnamen paling bergengsi di Eropa ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement