Selasa 31 Mar 2020 22:43 WIB

Di Tengah Pandemi, Atlet Hadapi Risiko Kesehatan Mental

Pandemi Covid-19 membawa perubahan drastis bagi para atlet dunia.

Pandemi Covid-19 membawa perubahan drastis bagi para atlet dunia (Foto: ilustrasi atlet)
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Pandemi Covid-19 membawa perubahan drastis bagi para atlet dunia (Foto: ilustrasi atlet)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi, para atlet kini menghadapi risiko kesehatan mental. Pasalnya, pandemi menjadi perubahan drastis dari gaya hidup yang sangat aktif ke isolasi dan kebosanan.

Boleh jadi sebagian atlet-atlet dunia mengunggah video mereka yang sedang berlatih atau melakukan tantangan di internet seperti juggling gulungan tisu toilet. Tetapi, stres tingkat tinggi bisa menghampiri mereka.

Baca Juga

Chief medical officer Tennis Australia, Carolyn Broderick, mengungkapkan bahwa efek jangka panjang yang dirasakan atlet setelah wabah SARS dan flu babi termasuk rasa cemas, cuci tangan berlebihan dan ketakutan berdekatan dengan orang lain. Namun dampak dari pandemi Covid-19 belum pernah terjadi sebelumnya, karena atlet di seluruh dunia dipaksa "hibernasi" di antara miliaran orang lainnya yang menjalani lockdown.

Petenis Serena Williams, yang pernah mengalami depresi di masa lalu, kini merasakan jika pembatasan sosial karena virus corona telah membuatnya stres berat. Hal itu ia ungkapkan melalui media sosial.

"Setiap hal kecil membuatku gelisah... dan aku cemas. Setiap kali orang bersin di sekitarku atau batuk, aku gelisah," kata Williams lewat aplikasi TikTok.

photo
Serena Williams - (EPA)

Tak hanya Williams, beberapa mantan atlet, seperti legenda renang Olimpiade Michael Phelps, petarung MMA Ronda Rousey, petinju Mike Tyson dan pemain rugby John Kirwan juga menunjukkan stres tingkat tinggi. Ribuan atlet calon Olimpian kini tak bisa berkompetisi, karirnya mandek untuk sementara, dan bahkan harus menunda satu tahun lagi untuk mengincar medali karena Olimpiade diundur ke tahun depan.

"Aku bohong jika aku bilang baik-baik saja. Seperti yang lain, aku memiliki masalahku sendiri," kata lifter Amerika Serikat, Kate Nye, yang didiagnosa memiliki gangguan bipolar, kepada WOODTV.com.

Tak hanya itu, Deputy Medical Director untuk tim Australia pada Olimpiade 2016, Broderick, mengatakan, jika efek dari isolasi bisa terasa akut bagi atlet. Pelarian ke penyalahgunaan substansi seperti minuman beralkohol atau obat-obatan bisa menjadi masalah.

"Stres dan gelisah bisa mengarah ke penyalahgunaan substansi. Itu yang saya khawatirkan, jika mereka menggunakan alkohol untuk pelarian," kata Broderick.

Broderick pun menyarankan jika atlet tetap melalukan rutinitas mereka, fokus terhadap apa yang bisa dikendalikan. Kemudian, menggunakan waktu luang mereka untuk melakukan hobi atau latihan online untuk menjaga kesehatan mereka.

sumber : AP/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement