Selasa 19 Oct 2021 16:09 WIB

Mantan Ketua LADI Sebut Berat Buat Laboratorium Standar WADA

Kita butuh mengirimkan 3.000 sampel setiap tahun untuk bisa memiliki lab standar WADA

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Dokter Zaini Khadafi Saragih, mantan ketua LADI dan dokter timnas sepak bola Indonesia.
Foto: Dokpri
Dokter Zaini Khadafi Saragih, mantan ketua LADI dan dokter timnas sepak bola Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) jadi perbincangan publik setelah tim Thomas Indonesia tak bisa mengibarkan bendera Merah-Putih pada seremoni juara Piala Thomas 2020 di Aarhus, Denmark, Ahad (17/10) lalu. LADI dianggap tak mematuhi prosedur sampel doping yang sudah ditetapkan Agensi Antidoping Dunia (WADA). 

Banyak pendapat muncul, salah satunya saran membangun laboratorium doping sendiri di Indonesia. Ketua LADI periode 2017-2020, dokter Zaini Khadafi Saragih SpKO menilai saran ini sangat berat dan cenderung hampir mustahil diwujudkan. Bukan perkara anggaran, melainkan persyaratan untuk membangun laboratorium antidoping sendiri dinilainya sulit dipenuhi. 

Baca Juga

Zaini mengatakan, tidak semua negara harus punya laboratorium antidoping sendiri karena persyaratannya sangat susah. "Salah satu syaratnya adalah kita wajib mengirim 3.000 sampel per tahun. Sedangkan kita maksimal hanya 200 sampel. Laboratorium antidoping itu juga berbeda dengan laboratorium kesehatan biasa," jelas Zaini dalam perbincangan dengan Republika.co.id, Selasa (19/10).

Ia mengatakan, saat awal memimpin LADI, tak ada laporan sampel doping ke WADA. Lalu secara bertahap LADI mulai berbenah. Tahun berikutnya LADI bisa mengirimkan 50 sampel. "Tahun berikutnya lagi 200 sampel doping per tahun kita laporkan ke WADA. Empat tahun memimpin LADI pun tanpa sanksi," ujar Zaini. 

Sebelum Zaini menjabat, atau akhir 2016, Indonesia sempat terkena sanksi. Sebab para atlet menjalani tes doping di laboratorium daerah di Jakarta yang tidak diakreditasi WADA. 

"Kita belum punya laboratorium yang terakreditasi WADA. Terdekat laboratorium tes doping di Penang, Bangkok, dan India," jelasnya. 

Ia mengatakan kepengurusan LADI yang sekarang harus bangkit. Zaini menilai langkah LADI saat ini memetakan masalah yang timbul sudah benar.

"Kemudian perkiraan waktu mencabut larangan WADA harus selesai, itu wujud pertanggungjawaban. Untuk pengurus cabang olahraga seperti PBSI yang akan menggelar turnamen internasional harus berkomunikasi dengan BWF. Koordinasi adalah kunci menyelesaikan masalah. LADI harus dibuat hidup lagi," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement