Ahad 27 Jan 2019 20:28 WIB
Lipsus Jenderal Soedirman

Jenderal Soedirman, di Antara Dua Orang Kiri

Soedirman pernah terseret konflik elite-elite politik nasional

Jenderal Soedirman
Foto:
Jenderal Soedirman tiba di Jakarta pada tanggal 1 November 1946.

Untuk sesaat duet Tan Malaka-Soedirman mencuat ke permukaan politik Indonesia. Liputan khusus majalah Tempo terhadap Tan Malaka, "Bapak Republik yang Dilupakan" yang terbit pada tahun 2008, memberi satu artikel khusus mengulas soal ini. Harry A Poeze menggambarkan hubungan Tan Malaka dengan Soedirman sebagai memiliki persamaan pendapat dan ideologi. Sementara, Adam Malik dalam bukunya, "Mengabdi Republik Jilid II: Angkatan 45" bahkan berani menyebut Tan Malaka-Soedirman sebagai dwitunggal baru.

Ia menyamakan Tan Malaka-Soedirman dengan dwitunggal Sukarno-Hatta, Syahrir-Amir. Adam menilai Tan dan Soedirman memiliki urat dan akar di kalangan pemuda radikal, PETA, dan bekas romusha atau pekerja paksa zaman Jepang. Keduanya, sebut Adam Malik, diikat kesamaan sikap: Diplomasi sama dengan kemerdekaan kurang dari 100 persen.

Pengamat militer Salim Said dalam bukunya, "Soeharto's Armed Forces, Problems of Civil Military Relations in Indonesia", menggambarkan lagi bagaimana kedekatan Tan Malaka dengan Soedirman. Dengan tegas, Salim Said menyebut, "Soedirman dan Tan Malaka menekan pada perlawanan perjuangan ketimbang diplomasi. Ini yang membedakan keduanya dengan Bung Karno, Bung Hatta, dan Syahrir. Perjuangan atau diplomasi adalah tema sentral kontroversi antara pemerintah dan oposisi di satu sisi serta pemerintah dan militer di sisi lain," demikian disebut Salim Said.

Sementara, Yahya Muhaimin menyebut, kehadiran Jenderal Soedirman dalam acara Tan Malaka sebagai bentuk simpati militer Indonesia. Terutama lagi bagi kelompok PETA di dalam tubuh Tentara Republik Indonesia. Mengingat ada perlakuan yang janggal yang dilakukan Syahrir kepada kelompok PETA pada waktu sebelumnya. Dengan demikian, menurut Yahya, kehadiran militer atau Soedirman saat itu di Persatuan Perjuangan bukan karena kesamaan sikap politik.

Ini ditegaskan oleh Kolonel Abdul Haris Nasution, ..."Dalam rapat rapat Persatuan Perjuangan tersebut ialah bahwa Panglima Besar Soedirman turut menghadirinya. Maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan dari program Persatuan Perjuangan itu bahwa 'politik pemerintah Syahrir' dengan program Persatuan Perjuangan tidaklah pararel atau tidak sejalan. Dan untuk selanjutnya dapat dimengerti... dalam masalah ini cara bagaimana angkatan perang menempatkan dirinya dalam program Persatuan Perjuangan dengan program Kabinet Syahrir."

Perkembangan politik selanjutnya terus memanas. Hadirnya Jenderal Soedirman, bahkan masuk di dalam struktur pengurus Persatuan Perjuangan, serta sikap politik keras Tan Malaka, menginspirasi banyak perwira senior dan tentara di bawah.

Hal yang harus digarisbawahi, menurut Salim Said, kehadiran Soedirman di arena Persatuan Perjuangan sudah diketahui dan diizinkan oleh pemerintah, yakni Presiden Sukarno dan Menhan Amir Syarifuddin. Penegasan ini penting, menurut Salim, karena penulis asing seperti Benedict Anderson menilai kedatangan Soedirman ke acara Tan Malaka sepenuhnya adalah langkah politik Soedirman. Karena Ben Aderson menilai, "The general was pursuing his own politique and clearly looking for the kind of support in civilian circles that he already enjoyed among the military to make himself even more impregnable to the cabinet intrigue." Sementara, Salim Said berpendapat, lebih aman menilai kehadiran Soedirman di Persatuan Perjuangan sebagai kesempatan pertama dia untuk mengekspresikan sikap politiknya sejak penunjukan sebagai panglima tentara.

Lemahnya bagi-bagi kekuasaan kabinet Syahrir I dan II membuat keuntungan Persatuan Perjuangan. George McTurnan Kahin mencatat dalam bukunya Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia, Persatuan Perjuangan tetap berbahaya karena dukungan yang terus diberikan dari sebagian besar anggota PNI, pengikut pengikut Tan Malaka, dan sejumlah besar pemimpin Tentara Rakyat Indonesia, maupun organisasi laskar bersenjata."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement