Kamis 20 Apr 2017 07:40 WIB

Cerita Tukang Cukur Keliling Jadi Penata Rambut Presiden

Agus Wahidin, tukang cukur asal Garut yang menjadi penata rambut presiden keenam RI, SBY.
Foto: Gumanti Awaliyah/ Republika
Agus Wahidin, tukang cukur asal Garut yang menjadi penata rambut presiden keenam RI, SBY.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Gumanti Awaliyah, Wartawan Republika

Perjalanan panjang menuju Gang Jengkol, Jalan Hankam, Ujung Aspal, Bekasi, Jawa Barat, harus saya tempuh untuk bertemu dengan salah satu tukang cukur andal dari Garut, Agus Wahidin. Jam di ponsel menunjukkan pukul 18.10 WIB, ketika saya sampai ke Pangkas Rambut Tiara 2, salah satu cabang pangkas rambut yang dimiliki Agus. Gerimis sore itu, mengiringi perjalanan saya ketika menyusuri Gang Jengkol.

Karena sudah memangut janji, Agus ternyata telah lama menunggu kedatangan saya di pangkas rambut yang berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya itu. "Iya, Neng silakan masuk," kata Agus sambil mempersilakan duduk di salah satu kursi tunggu di tempat pangkas rambut miliknya. Pangkas rambut tersebut tidak terlalu luas, hanya sekitar 10x3 meter persegi. Area itu hanya cukup menampung dua kursi untuk memangkas rambut pelanggannya.

Suara azan Magrib sudah berkumandang 15 menit lalu. Kami memutuskan menunaikan shalat Maghrib terlebih dahulu sebelum berbincang lebih lanjut. Ketika itu, Agus mempersilakan saya mengambil air wudhu di kamar mandi belakang di pangkas rambut tersebut. Saya pun mengangguk, tanda setuju.

Kios pangkas rambut tersebut, terbagi menjadi tiga bagian ruangan. Pertama, tempat pangkas rambut yang dilengkapi AC. Kedua, tempat tidur pekerja, dan terakhir kamar mandi.

Selepas menunaikan ibadah shalat Maghrib, kami pun kembali duduk di atas kursi tunggu. Agus yang mengaku akan berusia 47 tahun pada Agustus mendatang, memulai kisah unik dan inspiratif selama ia menjadi tukang cukur.

Sebenarnya, Agus tidak pernah bermimpi menjadi tukang cukur. Karena dia tidak seperti tukang cukur kebanyakan, mempunyai riwayat keturunan keluarga yang juga berprofesi sebagai tukang cukur.

"Ya, berbeda dengan yang lain, biasanya kan mereka ada turunan dari bapak atau siapa yang juga nyukur rambut. Nah, kalau saya tidak," ujar Agus yang juga menjabat sebagai ketua Paguyuban Pangkas Rambut Indonesia (PPRI).

Selepas sekolah, awalnya Agus mulai merantau dan bekerja di Bandung, di salah satu pabrik di daerah Bandung. Namun, setiap libur dirinya mengaku sering pergi ke Jakarta, mengunjungi kawan-kawan dari Garut, yang kebetulan berprofesi sebagai tukang cukur rambut.

Seringnya melihat pekerjaan teman-teman sebagai tukang cukur rambut, lambat laun Agus mulai tertarik menekuni profesi sebagai tukang cukur rambut. “Tahun 1987-lah, Neng, saya mulai ke Jakarta untuk nyukur, ikut si Asep. Dulu, tukang cukur kerjanya keliling, bawa kursi dan alat cukur rambut. Saya saat itu keliling hanya ke wilayah Pondok Pinang, Pondok Indah, Lebak Bulus, ya sekitaran itu,” kata Agus merawikan.

Di sela-sela perbincangan, satu-dua orang masuk ke pangkas rambut Tiara 2, dengan maksud akan mencukur rambut. Agus melontarkan senyum pada pelanggan yang datang. Adapun untuk pengerjaan cukur rambut, dikerjakan dua orang pekerja, yang juga orang Garut.

Di sekeliling dinding pangkas rambut tersebut, terpajang pula beberapa figura foto. Salah satunya ketika Agus sedang mencukur rambut Presiden keenam Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, mantan calon gubernur DKI Agus Yudhoyono, dan sejumlah ajudan SBY. Foto tersebut sepertinya sengaja dipasang agar pelanggan mengetahui tentang prestasi yang telah dicapai Agus, serta tidak meragukan lagi kemampuan tukang cukur Garut.

Setelah menyapa pelanggan, Agus kembali fokus pada perbincangan. “Sampai mana tadi, Neng?” tanya Agus yang ketika itu mengenakan seragam Paguyuban Pangkas Rambut Indonesia (PPRI), yang berwarna putih dan biru langit.

Karena tertarik dengan foto yang dipajang, saya langsung melontarkan pertanyaan tentang awal mula Agus sampai ke Istana, dan mendapat kepercayaan mencukur rambut, orang nomor satu di Indonesia kala itu. “Oh iya, itu dulu yah, karena saya kenal sama Pak Irfan Edison yang jadi Paspampres Pak SBY. Lalu saya iseng saja mengungkapkan keinginan untuk bisa mencukur rambut Pak SBY,” tutur Agus sambil tertawa. Namun sayangnya, saat itu, SBY sudah memiliki tukang cukur rambut langganan. Dan Agus pun harus rela untuk menahan keinginannya.

Seiring berjalannya waktu, pada April 2005, tepat enam bulan setelah dilantiknya SBY menjadi presiden keenam RI menggantikan Megawati Soekarnoputri, Agus tiba-tiba mendapat telepon dari salah satu ajudan presiden, Suripto. Suripto, atas saran Irfan Edison, meminta Agus datang ke Istana untuk mencukur rambut SBY.

Kabar yang mengejutkan sekaligus menggembirakan itu Agus anggap sebagai kesempatan emas. Saat itu, Agus dijemput sopir Istana ke tempat kerja Agus di Paxi Senayan. Tepat pukul 15.00 WIB Agus sampai di Wisma Negara.

Lalu bagaimana perasaan Agus saat hendak mencukur orang nomor satu di Indonesia? Agus mengaku tidak tegang atau khawatir. “Kan saya ditegur sama Paspampres. Kata dia, nanti jangan grogi. Ya, saya bilang enggak grogi. Justru saya lagi mikir, tipe rambut apa yang cocok untuk orang seperti Pak SBY,” kata Agus.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Agus bertemu dengan SBY secara langsung. Agus memulai pertemuan perdana dengan memperkenalkan diri, “Saya Agus, Pak. Dari Garut,” kata Agus menirukan perkenalan tersebut.

Tidak butuh waktu lama bagi Agus untuk menyelesaikan tugasnya memangkas rambut SBY. Dengan mempertimbangkan bentuk wajah, kepala, dan postur tubuh SBY, Agus sudah bisa menebak potongan rambut yang sesuai dengan presiden keenam tersebut. Pada saat mencukur rambut, selain di kelilingi pelayan dan ajudan SBY, Ani Yudhoyono pun dengan setia menemani dan memperhatikan proses cukur rambut yang Agus lakukan.

Foto Agus saat sedang memangkas rambut Presiden keenam RI, SBY. (Foto: Gumanti Awaliyah/ Republika)

Selama proses mencukur rambut, Agus menceritakan, obrolan dengan SBY hanya berkisar tentang keluarga, dan hal-hal sewajarnya. Setelah selesai mencukur rambut, Ani Yudhoyono menghampiri Agus dan berkata, “Agus, nanti kalau mencukur Bapak, modelnya begitu lagi ya,” ujar Agus menirukan ucapan Ani Yudhoyono.

Setelah panggilan mencukur rambut saat itu, Agus tidak pernah berpikir akan dipanggil lagi oleh SBY. “Iya kan saat itu saya hanya menggantikan tukang cukur rambut Pak SBY yang sedang sakit,” ujar Agus.

Sampai di rumah, Agus mengaku tidak bisa tidur. Agus memang pernah mempunyai ambisi untuk bisa mencukur rambut SBY. Hingga akhirnya, kata dia, Allah SWT benar-benar memberikan jalan pada Agus, sehingga dia bisa menembus Istana. “Istilahnya mah teu ngimpi-ngimpi acan (tidak pernah bermimpi), Neng,” kata Agus semangat.

"Jangan pernah menyepelekan pengabdian tukang cukur," kata Agus merawikan. Seperti halnya SBY, di balik kegagahan, kerapian SBY, sepintas pastinya orang tidak akan tahu tentang jasa seorang tukang cukur rambut. Namun, kenyataannya, tukang cukur rambut juga sedikit banyak telah memberikan kontribusi terhadap kerapian SBY.

Selama mengenal dan menjadi salah satu 'orang yang berani memegang kepala presiden', Agus menggambarkan SBY sebagai orang yang sangat sederhana. “Saya pernah lihat Pak SBY, kalau di rumah masak nasi goreng sendiri. Kesukaannya juga hanya tempe goreng, makanan yang merakyat,” ujar Agus.

Hingga sekarang, selang waktu tiga pekan sampai satu bulan sekali, Agus rutin datang menemui SBY untuk mencukur rambut SBY. Agus pun kini bisa merasakan hasil perjuangannya setelah bertahun-tahun mengenyam pahit manisnya menjadi tukang cukur di Ibu Kota.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement