Selasa 18 Jun 2019 13:36 WIB

Babad Dewa Siwa di Balik Kesucian Kali Metro Malang

Kali Metro disucikan karena dianggap pernah diminum Dewa Siwa

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Karta Raharja Ucu
Kalimetro, sungai yang pernah disucikan masyarakat Malang kuno.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Kalimetro, sungai yang pernah disucikan masyarakat Malang kuno.

Kali Brantas biasanya selalu disangkutpautkan dengan Jawa Timur (Jatim), terutama Malang Raya. Sungai ini termasuk paling populer di antara kali-kali lainnya di Kota Batu, Kabupaten Malang dan Kota Malang.

Namun mungkin tidak banyak yang tahu Malang Raya memiliki sungai lain yang bernama Kali Metro. Meski tak sepopuler Kali Brantas, sungai ini ternyata mempunyai nilai sejarah panjang. Bahkan, sungai ini pernah dianggap suci oleh masyarakat Malang kuno.

Baca Juga

"Yang paling disucikan itu bukan Kali Brantas, tapi Kali Metro," kata Sejarawan Malang, Suwardono saat ditemui Republika.co.id di kediamannya, belum lama ini.

Suwardono meyakini, Kali Metro telah hadir di tanah Malang Raya sejak masa pra-aksara. Sungai yang berhulu di Junrejo, Kota Batu ini telah mengalir hingga Kabupaten Malang sebelum pengaruh Hindu masuk ke Jatim. Meski telah berusia lama, hingga kini belum diketahui nama Kali Metro di masa tersebut.

Ketika Hindu mulai masuk ke Malang Raya, maka sistem kehidupan mulai berubah. Konsep pimpinan di kelompok masyarakat sudah menunjukkan nilai kehinduannya. Sampai akhirnya berdiri Kerajaan Kanjuruhan sekitar abad ke delapan.

Di dalam aturan Hindu, lokasi suatu kerajaan harus memiliki dua sumber. Antara lain, maskulin yang berarti gunung sedangkan feminim pada samudera atau sumber air.

Berdasarkan konsep ini, Kerajaan Kanjuruhan memutuskan wilayah Tlogomas sampai Merjosari sebagai pusat ibu kota. Wilayah ini dianggap memiliki dua konsep yang diinginkan dalam sistem Hindu. Lokasinya dekat dengan Gunung Mahameru dan air atau dalam hal ini sungai.

"Kebetulan di Tlogomas dan Merjosari banyak sumber artesis, sumber air dari tanah," jelas penulis Tafsir Baru Kesejarahan Ken Angrok ini.

Pusat Kerajaan Kanjuruhan kala itu dilintasi suatu sungai yang akhirnya dinamakan "Amerta". Keberadaan sungai ini tentu menjadi harapan hidup bagi masyarakat sekitar.

Pentingnya Kali Metro bagi Kerajaan Kanjuruhan juga telah dipertegas di Prasasti Dinoyo. Pada salah satu bait prasasti tertulis bahwa Kanjuruhan dinaungi Batara Putikeswara. Dengan kata lain, kerajaan dilingkupi api yang bercahaya.

Putikeswara sendiri merupakan salah satu nama Dewa Siwa. Atau, lebih dikenal sebagai dewa racun kebusukan. Berdasarkan mitologi yang berkembang, dewa ini meminum racun pada samudera sehingga yang tersisa hanya "amerta" atau air penghidupan.

Karena tugas tersebut, wajar apabila Kerajaan Kanjuruhan memuja Dewa Siwa. Hal ini tak lepas dari letak kerajaan yang dialiri Sungai Merta atau Amerta. Sekalipun air keruh karena banjir, Kali Metro dimasaknya akan selalu dianggap suci.

"Karena sudah diminum Siwa. Jadi apa pun yang mengalir di Kali Metro, suci," ucap dia.

Sungai Amerta yang kini dikenal Kali Metro di masa Kanjuruhan berada di wilayah Amerta Jayasri. Lokasi ini kemudian berubah menjadi Merjosari sekarang. Perubahan nama ini dapat terjadi akibat proses penyesuaian pengucapan bahasa di masyarakat.

Di sisi lain, Suwardono mengungkapkan, terdapat hal unik yang dimiliki Kali Metro. Salah satu aliran sungai ada yang masuk ke tanah dari arah timurnya Dermo, Kabupaten Malang. Kemudian aliran kembali keluar di wilayah Klandungan RW 02 atau Landungsari, Tlogomas, Lowokwaru, Kota Malang.

"Jadi airnya ada yang masuk gorong-gorong, pernah tertutup tanah. Kalau sekarang tinggal 30 meter gorong-gorongnya," tambah dia.

Karena fenomena tersebut, masyarakat Malang kuno memandangnya sebagai hal yang membingungkan. Situasi ini kemudian semakin dipertegas di tulisan prasasti Wurandungan yang berarti kebingungan.

"Ini yang membuat Sungai Metro itu istimewa. Itu Kerajaan Kanjuruhan betul pas menjadikannya sebagai daerah kerajaan, karena ada sungai ajaib," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement