Kamis 24 Jan 2019 11:37 WIB
Lipsus Jenderal Soedirman

Latar Muda Jadi Panglima

Sejak kecil Soedirman mendapatkan pendidikan kultur wong cilik dan kultur priayi.

Panglima Soedirman, dan para prajurit di Sobo, Jawa Tengah, sebelum kembali ke Yogyakarta.
Foto: Repro Buku Panglima Besar Jenderal Soedirman, Tjokropranolo
Panglima Soedirman, dan para prajurit di Sobo, Jawa Tengah, sebelum kembali ke Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Stevy Maradona

Apa yang Anda lakukan saat berusia 29 tahun? Bagaimana bila Anda diserahi tanggung jawab menjadi panglima Tentara Rakyat Indonesia di usia itu? Tugasnya macam-macam: Mengatur tentara dan laskar yang jumlahnya ratusan ribu dan belum terorganisasi. Menyiapkan struktur organisasi tentara modern. Memadamkan pemberontakan kawan seperjuangan. Menghadapi macam-macam politisi dari berbagai partai. Menyiapkan armada perang menghadapi Belanda dan Inggris. Bergerilya di hutan, gunung, sungai, desa dengan ditandu. Beranikah Anda menerima tanggung jawab sebesar itu? Perkenalkan, Soedirman (29 tahun), putra petani kelahiran Desa Bodas, Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, yang mengambil lowongan prestisius tersebut.

Soedirman jelas memiliki beban berat. Ia harus mengonsolidasikan kekuatan tentara yang terserak dan milisi-milisi lokal di seluruh nusantara. Setiap milisi memiliki panglima dan ketuanya tersendiri dan aliran politik ataupun organisasi masyarakatnya masing-masing. Saat itu pula ada dua faksi besar di militer Indonesia, yakni: Faksi Pembela Tanah Air (PETA) dan faksi Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL). PETA adalah program bantuan militer bentukan penjajah Jepang. Sementara, KNIL ada program bentukan penjajah Belanda.

Selain itu, Soedirman juga harus berhadapan dengan bermacam watak dan arah politik para tokoh kemerdekaan. Yang satu ingin menarik ke kiri, yang lain ingin ke belok kanan. Ada yang bersikukuh tetap di tengah. Ada tokoh yang ingin revolusioner. Ada yang kokoh harus menjalankan diplomasi perlahan. Pada saat yang sama, ancaman serangan selalu datang dari tentara Belanda yang tidak ingin membiarkan Indonesia merdeka. Dari sini kita bisa melihat, kapasitas kepemimpinan dan manajerial apa yang dimiliki Soedirman untuk bisa menengahi itu semua. Lantas, bagaimana karakter dan kapasitas ini terbentuk? Seperti apa Soedirman kecil sampai remaja membangun dirinya?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement