Senin 06 Jun 2016 16:05 WIB
Kelahiran Sukarno

Cinta di Balik Sayur Lodeh

Presiden Sukarno dan Ibu Hartini
Foto: IST
Presiden Sukarno dan Ibu Hartini

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Angga Indrawan

Makan siang di rumah itu mempertemukan Sukarno dengan Hartini

Jelang siang pada 1952, pekik “merdeka” bersahut-sahutan di Bundaran Taman Sari, Kota Salatiga. Semua masyarakat antusias menyambut kedatangan seorang pemimpin besar.

Semuanya menantikan kedatangan Sukarno, presiden pertama Republik Indonesia. Kedatangan Sukarno dalam rangka kunjungan kerja ke Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Mengetahui akan menyempatkan diri singgah di Salatiga, warga Salatiga sudah berdatangan sejak pagi.

Sukarno datang ke tempat menyampaikan pidato keramatnya. Saat itu, masih terdapat lapangan besar di depan Gedung Ramayana di Jalan Jenderal Sudirman sekarang.

Ia datang dan mulai menyampaikan orasinya. Semuanya hening, menunggu pekik merdeka sebagaimana kata pembuka dari pidato kebanyakan putra sang fajar. Tak dinyana, Sukarno tak menyampaikan pekiknya. Justru, sang presiden melantunkan lagu Jawa yang sedikit dipelintirnya.

Suwe ora jamu. Jamu pisan jamu kapulogo. Suwe ora ketemu. Ketemu pisan nang Solotigo…”

Masyarakat bergemuruh melihat pemimpinnya menyampaikan salam cinta untuk rakyatnya. “Saat itu ramai, semua berjejal. Usai pidato, Bung Karno dikerumuni rakyatnya. Mereka ingin bersalaman dengan presidennya,” kata sejarawan Salatiga, Slamet Rahardjo yang berusia 13 tahun saat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement