Selasa 05 Feb 2019 10:11 WIB

Imlek dan Sejarah di Baliknya

Di Cina sendiri, Imlek dikenal dengan nama pesta musim semi

Rep: Andrian Saputra/ Red: Karta Raharja Ucu
Warga merayakan Tahun Baru Imlek di Vihara Dharma Bakti, Petak Sembilan, Jakarta, Sabtu (28/1) dinihari.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Warga merayakan Tahun Baru Imlek di Vihara Dharma Bakti, Petak Sembilan, Jakarta, Sabtu (28/1) dinihari.

REPUBLIKA.CO.ID, Imlek diperingati dan dirayakan keturunan Tionghoa di mana pun, termasuk di Indonesia. Di Cina sendiri, Imlek dikenal dengan nama pesta musim semi. Dalam pesta ini ditampilkan berbagai pertunjukan seperti barongsai dan naga-nagaan yang terbuat dari kertas, pesta semacam ini juga dijumpai di Indonesia.

Di Beijing, disebut dengan Chuenjie untuk istilah lain dari pesta musim semi itu. Masyarakat akan memasang spanduk beraneka warna dan menyalakan kembang api. Imlek dirayakan semua etnis Cina beragama Kong Hu Cu maupun Budha dan juga yang menganut ajaran Tao.

Perayaan Imlek disambut gembira dengan latar belakang kebudayaan Cina. Biasanya, pada tahun baru Imlek umat Kong Hu Cu dan umumnya etnis Cina mengadakan sembahyang sebagai perganitan tahun baru. Hari raya Imlek biasanya jatuh bulan kedua tarikh Masehi, yaitu pada Februari.

Dulu, tahun baru imlek dirayakan meriah selama 15 hari, mulai dari 1 Cia-Gweei sampai 15 Cia-Gwee dan dirayakan sebagai hari raya Cap Go Meh. Tahun baru Imlek atau Sin Cia jatuh pada tanggal satu bulan Cia Gwee atau bulan pertama penanggalan tarikh Kongcu. Tarikh Kongcu merupakan sistem penanggalan dari Dinasi He 2205-1766 SM yang perhitungannya berdasarkan peredaran bulan dan matahari. Sistem pennggalan inilah yang masih digunakan sampai saat ini yang dikenal sebagai penanggalan Imlek.

Ada beberapa pendapat mengenai asal mula perayaan Imlek. Pertama perayaan Imlek dikaitkan dengan dimulainya musim semi di Cina. Atau disebut juga Cun, sehingga pada hari tahun baru Cina itu mengucapkan selamat dengan Sin Cun Kiong Hi. Terlebih setiap tanggal 15 dari tiap bulan tahun imlek adalah bulan purnama. Realitas tersebut sangat membantu petani dan nelayan untuk melihat situasi untuk bercocok tanam atau pergi ke laut.

Pendapat kedua yakni awal imlek dikaitkan dengan kisah Giok Hong Siang Tee yang menitis ke muka bumi dan menjadi seorang Raja. Ketiga adalah hari lahirnya Bi Lek Huda atau O Mi To Hud atau A Mi Tou Fo yang berarti Buddha.

“Kebudayaan cina hampir setiap zaman mempunyai tantangan terutama dari bangsanya sendiri. Oleh karena itu sistem pertahanan budaya bagi mereka adalah secara Individu. Secara Individu etnis Cina sangat menyukai dan menyenangi kebudayaan mereka sehingga ke mana pun pergi, identitas budaya mereka akan tetap terlihat. Fenomena identitas budaya menunjukan loyalitas mereka terhadap kebudayaan leluhur mereka walaupun hidup di perantauan,” tulis Rani Usman Dalam Etnis Cina Perantauan Di Aceh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement