Senin 06 Jun 2016 19:07 WIB
Kelahiran Sukarno

Amerika Kita Setrika, Inggris Kita Linggis!

Mantan presiden Soekarno
Foto:

Cindy Adams dalam buku 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat' memuat penuturan Bung Karno tentang memburuknya hubungan RI-AS. ”Kepergiannya ke Peking (Beijing) dan Moskow pada 1957, oleh AS dinilai sebagai langkah salah,” tutur Bung Karno.

”Itulah asalnya mereka mulai mencap seorang maha pencipta Tuhan sebagai seorang komunis yang pekat,” tambahnya.

Kala itu, Menlu AS John Foster Dulles dengan angkuh mengatakan pada Bung Karno, ”Politik AS bersifat global. Aliran netral adalah tidak bermoral.”

Bung Karno lalu menjawab, ”Sebagai sahabat yang bijaksana dan lebih tua, Amerika memberikan kami nasihat itu bisa. Akan tetapi jangan mencampuri persoalan kami.”

AS juga mencap komunis terhadap tiap gerakan kemerdekaan dunia ketiga. Karena politik AS itulah, setidak-tidaknya turut membesarkan kekuatan Partai Komunis Indonesia di sini.

Lalu Bung Karno menuturkan bagaimana di Uni Soviet dia disambut besar-besaran. ”Di Moskow 150 orang barisan musik menyanyikan lagu 'Indonesia Raya' sebagai penyambutanku di lapangan terbang. Sungguh pun aku datang dengan pesawat Pan Am (milik perusahaan AS)," kata Bung Karno.

"Pemandangan ini," kata Putra Sang Fajar ini melanjutkan, "membuat mataku berlinang karena bangga. Bangga karena negeri kami mendapat penghargaan demikian.”

Jenderal AH Nasution selaku menko hankam/pangab yang terlebih dulu berada di Moskow sebelum Bung Karno tiba dalam buku 'Memenuhi Panggilan Tugas' jilid 6 menulis, ”Bung Karno mendarat dengan pesawat Pan Am. Kemudian para pramugari Amerika yang cantik-cantik berseragam biru itu membuat jajaran di tangga pesawat.”

Maka PM Kruschev menggoda saya, ”Jenderal alangkah manisnya gadis-gadis Indonesia.”

Terhadap kritik halus ini Pak Nas menyahut, ”Ah PM telah pernah berkunjung ke Indonesia. Di sana tidak ada rambut-rambut yang pirang demikian.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement