Kamis 18 Jan 2018 05:17 WIB

Bung Karno Larang Impor Beras

Mantan presiden Soekarno
Foto:
Ilustrasi Impor Beras

Pengarang AS Louis Fischer dalam bukunya, The Story of Indonesia, ketika menanyakan soal keluarga berencana, Bung Karno bersikukuh menyatakan Indonesia ketika itu berpenduduk sekitar 90 juta jiwa tidak perlu keluarga berencana. Bung Karno pernah menyebutkan di Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi masih banyak daerah yang kosong, hingga dapat memberi makan 250 juta penduduk.

Bung Karno memang tidak mengartikan pangan hanya dengan beras. Berdasarkan kenyataan ketika itu, tidak seluruh rakyat Indonesia menjadikan nasi sebagai makanan pokok. Karenanya, sampai menjelang kejatuhannya ia selalu tidak henti-hentinya menganjurkan agar rakyat Indonesia juga makan jagung, sagu dan ubi-ubian.

Untuk itu, Bung Karno disamping sering sarapan bersama dengan ubi dan singkong di Istana bersama para wartawan, juga mengundang para diplomat asing. Terutama teman akrabnya, Dubes Amerika Serikat Howard P Jones. Termasuk di depan televisi.

Dalam suasana menggalakkan diversifikasi pangan itulah Bung Karno menjadi marah besar melihat foto beras berceceran diperebutkan rakyat dan disiarkan Antara. Padahal, merupakan kenyataan bahwa situasi ketika itu dari hari ke hari memang tidak menyenangkan. Seperti juga sekarang, rakyat kecil makin susah mendapatkan kebutuhan sehari-hari. Antre beras terjadi di mana-mana.

Dalam pidato 17 Agustus 1964 berjudul Tavip (Tahun Vivere Pericoloso) atau Tahun Nyerempet-nyerempet Bahaya yang ditujukan kepada seluruh rakyat Indonesia, Bung Karno menegaskan, ”Sejak 17 Agustus 1964 ini saya menghendaki kita tidak akan membikin kontrak baru bagi pembelian beras dari luar negeri!” kata Bung Karno.

”Selain membasmi hama tikus dan hama-hama lain, selain memberantas segala pemborosan, segala pencoleng-pencoleng kekayaan negara dan pengacau-pengacau ekonomi, kalau perlu dengan menembak mati mereka, maka saya minta Saudara-saudara berkorban pula di atas ‘lapangan makanan’ ini,” tambah Bung Jarno.

Produksi beras kita, menurut Bung karno, sebenarnya sudah cukup! ”Tetapi kenapa kita harus membuang devisen 120 juta sampai 150 juta dolar AS tiap tahun untuk membeli beras dari luar negeri? Kalau 150 juta dolar kita pergunakan untuk pembangunan, alangkah baiknya hal itu! Tambahlah menu berasmu dengan jagung, dengan ubi, dengan lain-lain. Jagung adalah makanan sehat, kacang adalah makanan sehat! Saya sendiri sedikitnya seminggu sekali makan jagung, dan badanku, lihat, adalah sehat.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement