Rabu 16 Nov 2016 16:47 WIB

Planet Senen, Legenda Tempat Pelacuran Terbesar di Jakarta

PSK (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
PSK (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Alwi Shahab

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tampaknya kewalahan untuk menertibkan para PKL (pedagang kaki lima) di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Bahkan, para PKL yang makin memadati pasar tersebut mengadakan perlawanan terhadap Satpol PP saat hendak digusur. Akibatnya, hingga kini pasar tertua di Jakarta itu masih tetap semrawut.

Pasar Senen pernah menjadi terkenal pada pertengahan 1950-an sampai akhir 1960-an. Bukan karena banyaknya orang yang datang untuk berbelanja. Kala itu, Pasar Senen masih merupakan pasar tradisional.

Belum nongol mal, plaza dan atrium seperti sekarang. Orang lebih banyak datang ke Planet Senen, tentu saja pada malam hari. Karena masa itu Planet Senen dan sekitarnya menjadi tempat pelacuran terbesar di Jakarta. Nama Planet untuk daerah hitam itu diberikan saat dua musuh bebuyutan (kala itu) Amerika Serikat (AS) dan Uni Sovyet (US) bersaing untuk mengirimkan sputnik ke ruang angkasa (planet) di masa Presiden Kennedy dan PM Kruschev.

Di Planet Senen, para WTS atawa Pekerja Seks Komersil (PSK) tinggal di bangunan yang terdiri dari kotak sabun dan kardus di pinggir-pinggir rel KA. Malah gerbong-gerbong barang KA yang diparkir di Stasiun Senen dijadikan sebagai tempat ngamar. Pernah terjadi ketika ada yang ngamar, tiba-tiba gerbongnya langsir dan baru berhenti di stasiun KA Jatinegara.

Pokoknya, sejak lepas maghrib, gerbong-gerbong parkir yang biasa angkut bahan bangunan dikuasai wanita 'P'. Kala itu belum dikenal istilah PSK (pekerja seks komersial), tapi pelacur atau cabo dari kata bahasa Cina 'ciabo' yang berarti perempuan. Bahkan, di siang hari terik tanpa mengenal malu para pelacur sudah siap terima tamu di kamar-kamar liliput.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement