Kamis 03 Nov 2016 07:00 WIB

Ungkapan 'Biang Kerok' dari Gus Dur Panaskan Suhu Politik

alm KH Abdurrahman Wahid
Mantan presiden Soekarno

Tapi berlainan dengan 'keberuntungan' Benyamin di dua filmnya itu, kurs rupiah terhadap dolar AS dan bursa saham di Tanah Air jadi anjlok ketika Presiden Gus Dur menuduh biang kerok terhadap sejumlah anggota DPR/MPR. Sekalipun kemudian meralatnya, tapi menguatkan kembali nilai rupiah bukan pekerjaan gampang. Apalagi suhu politik tambah memanas.

Sudah merupakan hukum ekonomi bahwa perilaku kepala negara dan pimpinan pemerintahan selalu berpengaruh pada pasar. Di masa pemerintahan Bung Karno, seringkali setelah Kepala Negara berpidato penting yang punya kaitan hubungan dengan dunia luar, diikuti dengan naiknya harga barang. Terutama harga beras. Sedangkan kurs rupiah dan indek harga saham tidak diketahui, karena waktu itu memang terlarang untuk dimuat di media massa.

Kita juga masih ingat, ketika Pak Harto awal 1998 menderita sakit dan harus melakukan pengobatan ke Jerman. Tidak ampun lagi harga saham gabungan anjlok dibawah level 400. Karena pasar khawatir akan terjadi sesuatu jika Pak Harto meninggal dunia.

Ketika Menteri Senior Singapura, Lee Kuan Yew dikabarkan menderita sakit indeks saham di Singapura juga turut jatuh. Mengingat Lee, sekalipun sudah tidak jadi PM, tapi ia merupakan arsitek ekonomi negara pulau itu. Bahkan di negara adikuasa keadaannya pun sami mawon.

Kita masih ingat saat Presiden Bill Clinton hendak di pemakzulan atas tuduhan terlibat skandal seks dengan si jelita Monica Lewinsky. Tidak terelakkan lagi skandal ini juga berpengaruh pada nilai kurs dolar Amerika Serikat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement