Senin 27 Jun 2016 14:07 WIB

Warga Betawi dari Zaman Kuda Gigit Besi

Puluhan ribu warga Betawi mengikuti pawai Festival Betawi, 2010.
Foto: Republika
Puluhan ribu warga Betawi mengikuti pawai Festival Betawi, 2010.

Oleh: Alwi Shahab

Jakarta yang kini berusia 489 tahun merupakan salah satu dari kota-kota di dunia yang sangat tinggi pertumbuhan penduduknya. Kalau pada 1961 penduduknya berjumlah 2,9 juta jiwa, pada 1966 menjadi 3,6 juta.

Pada 1994, kota yang hari jadinya ditandai dengan kemenangan para prajurit Islam mengusir tentara Portugis di Sunda Kelapa itu meningkat menjadi 8,9 juta jiwa. Jakarta kini berpenduduk 11 juta jiwa pada malam hari dan 14 juta jiwa di siang hari. Tidak mengherankan jika dari jantung kota hingga daerah pinggiran Jakarta makin mekar.

Daerah-daerah yang sampai 1970-an dicemoohkan sebagai tempat "jin buang anak" kini berubah menjadi hutan beton, berupa perumahan, perkantoran, shopping centre, dan entah apa lagi namanya. Namun, di mana penduduk asli yang bernama Betawi? Bagaimana nasibnya? Nasib orang Betawi, kata dramawan Nano Riantiarno, bisa diibaratkan seperti sungai Ciliwung yang membelah Kota Jakarta.

"Sungai itu makin lama makin menjadi parit dan pada suatu masa, entah kapan, bisa jadi akan hilang dari peta karena sudah diuruk untuk dijadikan perumahan atau jalan layang."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement