Kamis 29 Oct 2020 17:58 WIB

Sumpah Pemuda, Tonggak Rakyat Sadar Pentingnya Berkebangsaan

Sumpah Pemuda lahir setelah melewati bermacam-macam lika-liku kongres kepemudaan.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Karta Raharja Ucu
Sumpah Pemuda pertama
Foto: Tangkapan layar
Sumpah Pemuda pertama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pertama : Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoea: Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga: Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Isi sumpah pemuda akrab di telinga para peserta upacara hari sumpah pemuda setiap tanggal 28 Oktober. Untuk mendapatkan hasil isi sumpah pemuda, tentunya melalui lika-liku yang panjang.

Sejarawan Universitas Indonesia (UI), Achmad Sunjayadi menjelaskan lahirnya sumpah pemuda berawal dari Kongres Pemuda I tahun 1926. Jika ditarik lebih jauh lagi, itu berawal dari pertemuan antara organisasi-organisasi kepemudaan lokal dengan organisasi yang "radikal", yakni Partai Nasional Indonesia (PNI) sejak 1927.

Organisasi-organisasi pemuda lokal tersebut terdiri dari Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Sekar Roekoen, dan Jong Bataks Bond. Sudah sejak pertengahan tahun 1920-an, mereka kerap mendiskusikan kemungkinan upaya penggabungan dalam kerangka persatuan ‘Indonesia’.

Kongres Pemuda I merupakan kongres gabungan pertama yang berlangsung di Batavia pada April sampai Mei 1926 dan dihadiri oleh wakil dari organisasi-organisasi kepemudaan lokal. Tokoh utamanya adalah Mohammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond dan anggota Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, organisasi yang memiliki akses ke PNI.

Tujuan kongres ini mencari cara untuk membina organisasi pemuda yang tunggal dengan membentuk sebuah badan sentral untuk memajukan persatuan dan kebangsaan serta menguatkan hubungan di antara organisasi-organisasi kepemudaan lokal. “Bahasan kongres itu antara lain membahas bahasa Melayu sebagai dasar pengembangan bahasa dan literature yang bernuansa ‘Indonesia’ di masa depan,” kata Achmad saat dikonfirmasi, Selasa (27/10).

Lebih lanjut, dia mengatakan untuk mencapai tujuan tersebut, M.Yamin berpendapat agar dilakukan secara bertahap. Sehingga, hasil Kongres Pemuda I adalah mengakui dan menerima gagasan persatuan Indonesia walaupun masih belum jelas. Para peserta Kongres Pemuda I juga mengakui masih adanya perbedaan sosial dan etnis atau suku di antara mereka.

“Dalam berkomunikasi saja, mereka masih belum terbiasa dan tidak dapat menggunakan bahasa Melayu. Mereka lebih terbiasa menggunakan bahasa Belanda. Namun, mereka merasakan ada perasaan persatuan nasional yang membuat mereka merasa satu. Hal itu ternyata sulit diwujudkan,” ujar dia.

Karena Kongres Pemuda I masih belum membuahkan hasil, Kongres Pemuda II diselenggarakan tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres ini dihadiri oleh hampir seluruh utusan dari organisasi-organisasi di Hindia Belanda. Bahkan, ada perwakilan dari pemuda Tionghoa yang hadir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement