Rabu 15 May 2024 07:15 WIB

Abdul Muti: Islam Meningkatkan Martabat Perempuan

Islam mendorong perempuan berperan aktif membangun bangsa.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Erdy Nasrul
Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Muti
Foto: Republika/Havid Al Vizki
Sekretaris Umum (Sekum) PP Muhammadiyah Abdul Muti

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti membuka Global Conference on Women's Rights in Islam di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Selasa (14/5/2024). Di hadapan peserta dari berbagai negara, Mu'ti mengatakan masih adanya pemahaman keagamaan yang mendiskriminasi perempuan dan berasal dari penafsiran secara tekstual atas teks keagamaan. 

"Islam adalah agama yang memiliki keberpihakan pada perempuan dan syariat Islam mendorong peran aktif serta kesetaraan laki-laki dan perempuan," kata Mu'ti dalam keterangannya.

Baca Juga

Mu'ti memaparkan salah satu contoh tentang pemahaman atas teks keagamaan yang keliru yakni bahwa perempuan berasal dari tulang rusuk adam yang dijadikan dasar untuk mendiskriminasi perempuan. 

Ia menyebut pandangan Hamka dan Quraisy Syihab, yang melihat hal tersebut sebagai kiasan untuk memahami perempuan dan menempatkan perempuan sebaik-baiknya, bukan menjadikannya sebagai dasar mendiskriminasi perempuan. Padahal, jika memahami lebih dalam ajaran Islam, maka akan mendapati bahwa Islam sangat memuliakan perempuan.

Menurutnya sejak zaman Nabi Muhammad SAW, perempuan telah banyak mengambil peran penting dan berkiprah di ranah publik hingga politik. Termasuk Aisyah R.A yang dikenal sebagai perempuan cerdas dan juga perawi hadits terbanyak setelah Abu Huraira atau ‘Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi. 

"Jika ada yang memandang bahwa tingkat intelektualitas perempuan lebih rendah dari laki-laki, maka realitasnya, ‘Aisyah merupakan istri nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis yang menunjukkan kecerdasannya," tegas Mu'ti.

Mu'ti menyebut Muhammadiyah sebagai organisasi yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad juga mendorong perempuan untuk berkiprah di ranah publik dengan mendirikan 'Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Islam yang terinspirasi dari sosok Aisyah R.A. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah memberikan perhatian pada kesetaraan perempuan dan pemberdayaan perempuan.

Menurutnya ‘Aisyiyah berdiri saat perempuan Indonesia mengalami diskriminasi dan domestifikasi yang sebenarnya tidak sejalan dengan ajaran Islam. Kehadiran ‘Aisyiyah, justru untuk mewujudkan kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagaimana menjadi ajaran Islam. 

Oleh karena itu Mu'ti mengungkapkan Muhammadiyah yang berarti pengikut Muhammad harus terus melanjutkan misi Nabi Muhammad yang memuliakan perempuan tanpa diskriminasi. 

Dalam kesempatan tersebut, Mu'ti menekankan pentingnya mengusung kemuliaan perempuan (women dignity) selain hak perempuan. Pemuliaan perempuan sejalan dengan ajaran Islam tentang ketakwaan bahwa semua makhluk di hadapan Allah setara dan kemuliaan ditentukan oleh kualitas ketakwaannya. 

"Dalam Islam, manusia yang terbaik adalah mereka yang memiliki ketakwaan yang baik. Tidak dilihat dari segi fisik atau materialnya," tuturnya. 

Laki-laki dan perempuan disebut Mu'ti juga harus bekerja bersama dan saling menguatkan satu sama lain dan mewujudkan apa yang disebutnya martabat manusia. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِيْنَ لَا يَجِدُوْنَ نِكَاحًا حَتّٰى يُغْنِيَهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ ۗوَالَّذِيْنَ يَبْتَغُوْنَ الْكِتٰبَ مِمَّا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوْهُمْ اِنْ عَلِمْتُمْ فِيْهِمْ خَيْرًا وَّاٰتُوْهُمْ مِّنْ مَّالِ اللّٰهِ الَّذِيْٓ اٰتٰىكُمْ ۗوَلَا تُكْرِهُوْا فَتَيٰتِكُمْ عَلَى الْبِغَاۤءِ اِنْ اَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِّتَبْتَغُوْا عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَمَنْ يُّكْرِهْهُّنَّ فَاِنَّ اللّٰهَ مِنْۢ بَعْدِ اِكْرَاهِهِنَّ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa.

(QS. An-Nur ayat 33)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement