Kamis 22 Feb 2024 20:33 WIB

Buku Das Kapital yang Dihadiahkan Karl Marx pada Darwin Kembali Ke Rumah

Banyak yang beranggapan Darwin tidak pernah membaca buku Karl Marx tersebut.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Buku Das Kapital karya Karl Marx.
Foto: Wikipedia
Buku Das Kapital karya Karl Marx.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buku Das Kapital yang dihadiahkan penulisnya, Karl Marx, untuk Charles Darwin pada tahun 1873 itu akan kembali ke rumah naturalis Inggris tersebut untuk dipajang usai menjalani proses konservasi. Banyak yang beranggapan Darwin tidak pernah membaca buku tersebut.

Pendiri komunisme mengirimkan salinan bukunya Das Kapital ke pelopor teori evolusi. Di halaman pembuka analisis kritisnya pada kapitalisme, Marx menulis: "dari pengagum yang tulus, Karl Marx."

Baca Juga

Namun, tampaknya persahabatan ini hanya sepihak.

Lembaga yang mengelola rumah Darwin di Kent, Inggris, English Heritage, mengatakan, sebagian besar buku itu tidak ada yang sobek. Sebagian besar halamannya masih tertempel di jilid buku.

English Heritage mengatakan bukti ini menunjukkan Darwin menyerah untuk membacanya, entah karena ia tidak terlalu tertarik atau bahasa Jermannya tidak sempurna. Ia juga butuh tiga bulan untuk membalas kiriman buku itu dan tidak seramah surat-surat yang biasanya ia tulis.

Buku itu akan dikembalikan ke Down House, tempat Darwin menulis teori evolusinya. Setelah lima tahun ditangani pakar konservasi dari Cambridge University Library untuk mencegah kerusakan lebih parah.

"Selain memberi kita wawasan yang lucu tentang dinamika antara dua intelektual terkemuka ini, salinan Das Kapital dari Down House adalah karya sejarah sosial yang fantastis, yang menyoroti bagaimana teori-teori Darwin disaring melalui masyarakat Victoria dan mengubah ide-ide populer tentang biologi dan alam," kata kurator koleksi dan interior di English Heritage Tessa Kilgarriff, Kamis (22/2/2024).

Dalam surat balasannya kepada Marx, Darwin menulis ia berharap ia lebih layak menerima "kehormatan" untuk menerima "Das Kapital", dengan memahami subjeknya dengan lebih baik.

"Meskipun studi kami sangat berbeda, saya percaya bahwa kami berdua sungguh-sungguh menginginkan perluasan pengetahuan, dan dalam jangka panjang ini pasti akan menambah kebahagiaan umat manusia," tulis Darwin.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement