Jumat 09 Feb 2024 07:41 WIB

Saat Imam Ahmad Diusir dari Masjid

Imam Ahmad didorong-dorong oleh orang tersebut sehingga harus keluar dari masjid

Warga mengikuti Majelis Semaan Al Quran memperingati 277 Tahun Hadeging Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Rabu (13/12/2023). Pengetan Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat atau Peringatan Berdirinya Kesultanan Yogyakarta dilakukan setiap 28-29 Jumadilawal Tahun Jawa. Semaan Al Quran ini dilakukan mulai habis Subuh hingga Isya atau sampai khatam oleh Kanca Kaji dan warga masyarakat. Perlu diketahui bahwa proklamasi berdirinya Kesultanan Yogyakarta pada 13 Maret 1755 Masehi atau 28 Jumadilawal 1680 Tahun Jawa.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga mengikuti Majelis Semaan Al Quran memperingati 277 Tahun Hadeging Nagari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat di Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, Rabu (13/12/2023). Pengetan Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat atau Peringatan Berdirinya Kesultanan Yogyakarta dilakukan setiap 28-29 Jumadilawal Tahun Jawa. Semaan Al Quran ini dilakukan mulai habis Subuh hingga Isya atau sampai khatam oleh Kanca Kaji dan warga masyarakat. Perlu diketahui bahwa proklamasi berdirinya Kesultanan Yogyakarta pada 13 Maret 1755 Masehi atau 28 Jumadilawal 1680 Tahun Jawa.

Oleh WAHYUDI, SH,MH

REPUBLIKA.CO.ID, Imam Ahmad bin Hambal Radiallahu anhu  yang dikenal sebagai Imam Hanbali, beliau adalah murid dari Imam Syafi’i. Dilansir dari manakib Imam Ahmad, beliau berkisah ketika di akhir hidupnya, “Suatu waktu (saat saya sudah tua) saya tidak tahu mengapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak”.

Baca Juga

Padahal, Imam Ahmad tidak memiliki janji dengan seorangpun dan tidak ada keperluan. Akhirnya Imam Ahmad bin Hanbal pergi sendiri menuju kota Bashrah. beliau menceritakan, “Ketika tiba disana waktu Isya’, saya ikut shalat berjamaah Isya’ di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya hendak istirahat”. Begitu selesai shalat dan jamaah telah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid tiba-tiba marbot masjid datang menemui Imam Ahmad sembari bertanya, “Mengapa syeikh, mau apa disini ?”

Marbot tersebut tidak tahu bahwa yang diajak bicara tersebut adalah Imam Ahmad, dan Imam Ahmad tidak memperkenalkan dirinya. Di Irak semua orang kenal siapa Imam Ahmad, beliau seorang ulama besar serta ahli hadis. Tak kurang sejuta hadis dihafalnya. Beliau orang shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, Cuma namanya sudah terkenal. Kata Imam Ahmad, “Saya ingin istirahat, saya musafir”.

Kata marbot, “Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid." Imam Ahmad melanjutkan ceritanya, ”Saya didorong-dorong oleh orang tersebut dan disuruh keluar dari masjid, setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid."

Kemudian saya ingin tidur diteras masjid, “ ketika sudah berbaring di teras masjid, marbotnya datang lagi dan marah-marah kepada Imam Ahmad. “Mau ngapain syekh ? “ kata marbot. 

“Mau tidur tidur, saya musafir,” kata Imam Ahmad, lalu marbot berkata, "Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh." Lalu Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita, "Saya didorong-dorong hingga jalanan”.

Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat  Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti tersebut memanggil dari jauh ,“Mari syekh, anda boleh menginap di tempat saya, saya punya tempat meskipun kecil."  “baik” kata Imam Ahmad.

Imam Ahmad masuk kerumahnya, duduk di belakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memerkenalkan dirinya, hanya bilang musafir). Penjual roti tersebut punya perilaku tersendiri, kalau Imam Ahmad  mengajak bicara, dijawabnya. Jika tidak, dia terus membuat adonan roti sembari melafalkan istighfar, Astaghfirullah. Saat meletakkan garam astaghfirullah, memecahkan telur Astaghfirullah, mencampur gandum Astaghfirullah, senantiasa mengucap istighfar. 

Imam Ahmad memperhatikan terus, kemudian bertanya, "Sudah berapa lama anda melakukan ini?” Penjual roti tersebut menjawab, "Sudah lama sekali syekh, saya menjual roti sudah 30 tahun. Jadi semenjak itu saya lakukan." Imam Ahmad bertanya, “Apa hasil dari perbuatanmu ini?”

Penjual roti tersebut menjawab, “(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minat, kecuali pasti Allah kabulkan. Semua yang saya minta ya Allah...seketika diterima”. (memang Rasulallah Shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: Siapa yang istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak diduga-duga). Kemudian orang tersebut melanjutkan, "Semua dikabulkan Allah kecuali satu masih belum."

Imam Ahmad penasaran, kemudian bertanya, "Apakah itu?” Orang tersebut berkata, “Saya minta kepada Allah agar dipertemukan dengan Imam Ahmad”. Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, “Allahu akbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke  Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu." (Penjual roti tersebut terperangah, memuji Allah, ternyata yang didepannya adalah Imam Ahmad).

Saudaraku...

Mari perbanyak istighfar, semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita dan semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk istiqomah berada di jalan yang diridhai-Nya.

Beberapa keutamaan istighfar

1. Allah berfirman

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا 

 

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

2. Hadis 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَعَنْ أبِي هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (وَاللهِ إَنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِليهِ فِي اليَومِ أَكثَرَ مِنْ سَبعِينَ مَرَّةً) رَوَاهُ البُخَارِيُّ

 

 “Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).

3. Perkataan Sahabat Radiallahu anhu

Umar bin Khattab berkata:

Dari Asy Sya’bi, ia berkata, “’Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu suatu saat meminta diturunkannya hujan, namun beliau tidak menambah istighfar hingga beliau kembali, lalu ada yang mengatakan padanya, ”Kami tidak melihatmu meminta hujan.” ‘Umar pun mengatakan, “Aku sebenarnya sudah meminta diturunkannya hujan dari langit”. Kemudian ‘Umar membaca ayat:

اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا, يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”

Umar pun lantas mengatakan,

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

“Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Rabb kalian. Kemudian bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan pada kalian hujan lebat dari langit.” (HR. Al Baihaqi 3: 352)

4. Pendapat Ulama

 

Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa.

أَنَّ رَجُلًا شَكَى إِلَيْهِ الْجَدْب فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر الْفَقْر فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر جَفَاف بُسْتَانه فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر عَدَم الْوَلَد فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، ثُمَّ تَلَا عَلَيْهِمْ هَذِهِ الْآيَة

“Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada Al Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan (kebunnya). Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu itu belum memiliki anak. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian setelah itu Al Hasan Al Bashri membacakan surat Nuh di atas. (Riwayat ini disebutkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar di Fathul Bari, 11: 98)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement