Senin 01 Jan 2024 12:19 WIB

Abbas: Palestina Kini Menghadapi Perang Pembersihan Etnis

Tepi Barat dan Jalur Gaza adalah satu unit geografis yang tidak bisa dipisahkan.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyaksikan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (tidak dalam gambar) di kota Ramallah, Tepi Barat, (5/11/2023).
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyaksikan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (tidak dalam gambar) di kota Ramallah, Tepi Barat, (5/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Rakyat Palestina kini tengah menghadapi "perang pembersihan etnis" setelah Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza, kata Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Ahad (31/12/2023), waktu setempt. "Perang pembersihan etnis yang dilancarkan Israel tak akan membunuh tekad kami," kata Abbas dalam pidato memperingati 59 tahun revolusi Palestina.

"Kita akan tetap teguh di tanah air kita dan terus berjuang sampai kita meraih kemenangan dan kemerdekaan," tambah dia. Pemimpin Palestina itu menandaskan Tepi Barat dan Jalur Gaza "adalah satu unit geografis yang tidak bisa dipisahkan."

Baca Juga

Abbas juga menyerukan agar perang Israel di Jalur Gaza segera diakhiri dan mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan ke kantong Palestina yang dikepung itu. "Satu-satunya solusi adalah menemukan solusi politik berdasarkan resolusi berlegitimasi internasional dengan menggelar konferensi perdamaian internasional yang mengakhiri pendudukan Israel di seluruh wilayah negara Palestina, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan pemulangan pengungsi sesuai dengan Resolusi PBB 194," papar Abbas.

Israel menggempur Jalur Gaza dari udara dan darat sejak Hamas menyerangnya pada 7 Oktober 2023. Gempuran itu menewaskan paling sedikit 21.882 warga Palestina yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai 56.451 orang, kata otoritas kesehatan Palestina di Jalur Gaza.

Serangan gencar Israel juga menghancurkan Gaza yang 60 persen infrastrukturnya kini telah rusak atau hancur, dan memaksa dua juta warga Palestina mengungsi sambil kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement