Senin 04 Dec 2023 13:19 WIB

Pasukan Israel Bersiap Lancarkan Invasi Darat ke Gaza Selatan

Tiga hari terakhir Israel menggempur Gaza selatan melalui serangan udara.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Sebuah kendaraan tempur lapis baja Israel bermanuver di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, (2/12/ 2023.
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Sebuah kendaraan tempur lapis baja Israel bermanuver di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, (2/12/ 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pasukan darat Israel terus merangsek masuk ke Gaza selatan, setelah tiga hari melakukan pengeboman besar-besaran. Laporan awal dari radio militer Israel secara efektif mengkonfirmasi bahwa Israel telah melancarkan operasi darat di sebelah utara Khan Younis.

BBC juga telah memverifikasi gambar-gambar tank Israel yang beroperasi di dekat kota tersebut. Kepala Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kemudian mengatakan kepada pasukannya bahwa IDF juga bertempur "dengan kuat dan menyeluruh" di Gaza selatan.

Baca Juga

Letnan Jenderal Herzi Halevi berbicara kepada para prajurit dari divisi Gaza tentang tujuan militer dan pembunuhan yang dilakukan IDF terhadap para komandan Hamas. "Kami bertempur dengan kuat dan menyeluruh di Jalur Gaza utara, dan kami juga melakukannya sekarang di Jalur Gaza selatan," kata Halevi kepada para prajurit Israel.

Seorang juru bicara IDF kemudian mengkonfirmasi bahwa Israel "terus memperluas serangan darat" di seluruh Gaza, termasuk pasukan yang "melakukan pertempuran tatap muka dengan para teroris".

Sejak gencatan senjata selama seminggu berakhir pada hari Jumat, Israel telah melanjutkan kampanye pengeboman berskala besar di Gaza, yang digambarkan oleh penduduk Khan Younis sebagai gelombang serangan terberat sejauh ini.

Gencatan senjata selama tujuh hari itu membuat Hamas membebaskan 110 sandera yang ditahan di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan 240 warga Palestina dari penjara Israel. Pada hari Ahad pagi, tentara Israel mengeluarkan perintah evakuasi untuk beberapa distrik di Khan Younis, dan mendesak warga untuk segera pergi.

Pihak berwenang Israel meyakini bahwa para anggota kepemimpinan Hamas bersembunyi di kota tersebut, tempat ratusan ribu orang berlindung setelah melarikan diri dari pertempuran di bagian utara pada tahap awal perang.

Seorang pejabat PBB menggambarkan "tingkat kepanikan" yang belum pernah ia lihat sebelumnya di sebuah rumah sakit Gaza, setelah militer Israel mengalihkan fokus serangannya ke wilayah selatan. James Elder, dari badan PBB untuk anak-anak, Unicef, menggambarkan Rumah Sakit Nasser Medical di Khan Younis sebagai "zona perang".

Seorang penasihat perdana menteri Israel mengatakan bahwa Israel melakukan "upaya maksimal" untuk menghindari pembunuhan warga sipil.

Elder mengatakan kepada BBC bahwa ia dapat mendengar ledakan besar yang terus menerus di dekat rumah sakit Nasser dan anak-anak berdatangan dengan luka di kepala, luka bakar yang parah, dan pecahan peluru dari ledakan yang terjadi baru-baru ini.

"Ini adalah rumah sakit yang sering saya kunjungi dan anak-anak mengenal saya sekarang, keluarga-keluarga mengenal saya sekarang. Orang-orang yang sama memegang tangan saya, atau memegang baju saya dan berkata 'tolong bawa kami ke tempat yang aman. Di mana tempat yang aman?"

"Sayangnya, mereka mengajukan pertanyaan yang jawabannya adalah tidak ada tempat yang aman. Dan itu termasuk rumah sakit yang mereka tahu," katanya.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 500 orang telah syahid sejak pengeboman kembali terjadi. Lebih dari 15.500 orang telah gugur di jalur tersebut sejak perang dimulai, kata kementerian itu.

Mohammed Ghalayini, seorang warga Inggris-Palestina yang telah tinggal di Gaza, mengatakan bahwa situasi di kota itu "sangat buruk".

"Orang-orang telah, selama 50 hari atau lebih, bertahan dari serangan brutal Israel dan sangat kekurangan sumber daya - makanan, air, listrik, dan layanan sanitasi dan limbah," katanya kepada BBC melalui telepon, sebelum sambungan telepon terputus.

Pakar polusi udara, yang biasanya tinggal di Manchester, tiba di Gaza untuk kunjungan tiga bulan untuk menemui ibunya tak lama sebelum serangan 7 Oktober.

Israel memulai pemboman balasan terhadap Gaza setelah serangan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 240 orang.

Roket-roket juga secara teratur ditembakkan ke Israel dari Gaza sejak pertempuran kembali terjadi pada hari Jumat. Seorang pria berusia 22 tahun di kota Holon, dekat Tel Aviv, dirawat karena luka pecahan peluru pada hari Sabtu.

Ratusan ribu orang telah melarikan diri dari pertempuran untuk berlindung di Khan Younis, setelah Israel menyuruh mereka meninggalkan bagian utara jalur tersebut. Laporan terbaru dari PBB menyebutkan sekitar 1,8 juta orang mengungsi di Gaza.

Berbicara kepada BBC, kepala hak asasi manusia PBB, Filippo Grandi, mengatakan bahwa warga Palestina di Jalur Gaza "semakin terdesak ke sudut sempit dari wilayah yang sudah sangat sempit".

IDF telah mulai memposting peta-peta wilayah yang akan diserang secara online. Peta-peta ini, bersama dengan langkah-langkah lain seperti panggilan telepon dan selebaran yang dijatuhkan di Gaza melalui pesawat, akan memperingatkan orang-orang untuk mengungsi.

Berbicara kepada program Sunday with Laura Kuenssberg di BBC, penasihat senior Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Mark Regev, mengatakan bahwa warga sipil bukanlah target dan melindungi mereka semakin sulit karena Hamas "menanamkan mesin teror militernya" di lingkungan sipil.

Dia mengatakan IDF berusaha untuk "semaksimal mungkin dalam situasi pertempuran yang sangat sulit", dan telah memberikan peringatan dini akan adanya serangan.

Secara terpisah, IDF mengatakan bahwa mereka telah menghancurkan 500 terowongan "terowongan teror" yang digunakan oleh Hamas di Gaza, dari 800 terowongan teror yang telah ditemukan sejauh ini.

Mereka juga mengatakan sekitar 10.000 serangan udara terhadap "target teror" telah dilakukan oleh angkatan udara "di bawah bimbingan tentara IDF di lapangan" sejak perang dimulai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement