Rabu 29 Nov 2023 15:48 WIB

Sekjen PBB: Jeda Kemanusiaan di Gaza tidak Selesaikan Masalah Utama

Jeda kemanusiaan diperpanjang selama dua hari tambahan.

Sekjen PBB Antonio Guterres.
Foto: AP Photo/Dita Alangkara
Sekjen PBB Antonio Guterres.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekjen PBB Anfonio Guterres pada Selasa (28/11/2023) mendorong gencatan senjata penuh di Jalur Gaza dan mengatakan jeda kemanusiaan antara Israel dan kelompok perlawanan Hamas Palestina tidak menyelesaikan masalah utama.

"Pertama-tama, saya ingin mengatakan jeda kemanusiaan merupakan langkah ke arah yang benar - merupakan simbol harapan, tetapi itu tidak menyelesaikan masalah utama yang kita hadapi," kata Antonio Guterres dalam konferensi pers dengan Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki.

Baca Juga

"Oleh karena itu, kami menekankan perlunya gencatan senjata kemanusiaan yang mengarah pada pembebasan sandera tanpa syarat dan segera, serta kemungkinan memberikan bantuan kemanusiaan secara efektif kepada seluruh warga di Gaza, di mana pun mereka tinggal," tambahnya.

Ketika ditanya tentang pesannya kepada pemerintah Israel yang mengatakan pertempuran akan berlanjut ketika jeda berakhir, Guterres mengatakan: "Pesan saya sangat jelas. Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan."

"Kita mengalami situasi kemanusiaan yang dramatis. Pada saat yang sama, kami ingin pembebasan penuh seluruh sandera yang kami yakini harus dilakukan tanpa syarat dan segera, tetapi kita juga memerlukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, sekarang juga," katanya.

Qatar pada Senin malam mengumumkan kesepakatan untuk memperpanjang jeda kemanusiaan empat hari awal selama dua hari tambahan, untuk memungkinkan pertukaran sandera lebih lanjut.

Israel meluncurkan serangan militer masif di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober. Serangan tersebut membuat lebih dari 15 ribu orang gugur, termasuk 6.150 anak-anak, dan 4.000 perempuan, menurut otoritas kesehatan di daerah kantong tersebut. Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel sebanyak 1.200 orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement