Jumat 10 Nov 2023 19:34 WIB

Peringati Hari Pahlawan, Upacara Bendera Diadakan di Tapal Batas RI-Timor Leste

Upacara bendera perlu dimaksimalkan untuk menguatkan nasionalisme.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Erdy Nasrul
Prajurit TNI menggendong anak di perbatasan
Foto: dok web
Prajurit TNI menggendong anak di perbatasan

REPUBLIKA.CO.ID, BELU -- Satuan Tugas (Satgas) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Republik Indonesia (RI)-Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) Sektor Timur Kompi Pengamanan II Yonif 742/SWY menggelar patroli gabungan dan upacara bendera dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang jatuh tiap 10 November. Kegiatan ini turut melibatkan aparatur desa Turiscain, Kecamatan Raihat, Belu, NTT. 

Selain bersama aparatur Desa, Pos Turiscain juga melaksanakan kegiatan tersebut dengan para pejuang pro-integrasi yang tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), anggota Pos Polisi, Pos Brimob, Bea Cukai Turiscain dan para siswa-siswi SDN Turiscain. 

Baca Juga

Dalam kegiatan ini hadir sebanyak 35 orang Veteran Pejuang pro-integrasi yang antusias untuk melaksanakan patroli patok bersama. Sesampai di Pos BSP 14, mereka melanjutkan kegiatan pengibaran bendera Merah-Putih di Patok BSP 14. Augusto Dos Santos yang merupakan pejuang pro-integrasi bertindak selaku pemimpin upacara memimpin jalannya prosesi penghormatan bendera.

Sekembali dari Patroli Patok Bersama, kegiatan dilanjutkan melaksanakan silaturahmi dan penyerahan tali asih dari personel Satgas RI-RDTL kepada para pejuang pro-integrasi.

Pelaksanaan kegiatan ini dipelopori oleh Sertu Ahmad Hanavy selaku Danpos beserta seluruh anggota Pos Turiscain, Kompi Pengamanan II, Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY. Sertu Achmad Hanavy menjelaskan kepada para warga dan siswa-siswi SDN Turiscain untuk selalu menghargai dan mengingat jasa para Pahlawan yang telah lebih dulu memperjuangkan Tanah Air dan Nusa Bangsa.

"Jangan pernah melupakan jasa para pahlawan," kata Achmad dalam keterangan pers yang diterima pada Jumat (10/11/2023). 

Achmad juga memberikan contoh nyata pada siswa siswi tentang artinya perjuangan dengan memperkenalkan para pejuang pro-integrasi di tahun 1997. Mereka berjuang untuk menggabungkan wilayah Timor Timur dalam pelukan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

"Para pejuang pro-integrasi ini rela berkorban dengan terus menyuarakan integrasi saat itu, dengan berani mempertaruhkan semua yang mereka miliki, meninggalkan tanah kelahiran dan meninggalkan harta benda untuk bergabung dengan NKRI," ujar Achmad

Perwakilan pejuang pro-integrasi, Justino Gusmao mengaku tetap setia pada NKRI sampai detik ini. 

"Kami tidak pernah ingkar akan janji setia kepada NKRI dan merasa sangat bangga bisa tetap bergabung NKRI," ujar Justino

Pihaknya bangga dan merasa terharu dengan adanya kegiatan ini. Justino mengaku selama ini belum pernah ada kegiatan semacam ini dengan Satgas sebelumnya. 

Sementara itu, perwakilan guru setempat Marcelinus Moruk menilai acara ini sangat positif bagi generasi muda untuk mengenal perjuangan para pejuang. 

"Ini adalah sebuah kesempatan baik untuk kita dan generasi muda untuk bersilaturahmi dan sama-sama mengapresiasi apa yang telah dikorbankan para pejuang pro-integrasi," ujar Marcelinus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement