Kamis 09 Nov 2023 16:09 WIB

KH Ahmad Hanafiah, Ulama Pejuang dari Laskar Hizbullah yang Jadi Pahlawan Nasional

KH Ahmad Hanafiah diangkat menjadi pahlawan nasional.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
KH Ahmad Hanafiah, pahlawan nasional.
Foto: Dok Republika
KH Ahmad Hanafiah, pahlawan nasional.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- KH Ahmad Hanafiah merupakan seoang pejuang kemerdekaan sekaligus ulama berpengaruh dari Kota Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Pemimpin Laskar Hizbullah di Sukadana ini turut berjuang mempertahankan NKRI dari cengkeraman penjajah di tanah Lampung.

KH Ahmad Hanafiah lahir pada 1905 di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Tengah. Wilayah tersebut sekarang dimekarkan menjadi Kabupaten Lampung Timur. Ia adalah putra sulung KH Muhammad Nur, pimpinan Pondok Pesantren Istishodiyah di Sukadana yang menjadi pondok pesantren pertama di Provinsi Lampung.

Baca Juga

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Lampung sendiri masih termasuk bagian dari Provinsi Sumatera Selatan yang menjadikannya sebagai daerah setingkat Karesidenan hingga pada 1964 menjadi daerah setingkat provinsi.

Semasa kecil, Ahmad Hanafiah menempuh pendidikan di sekolah formal maupun tidak formal. Tetapi dia lebih suka untuk menempuh pendidikan pesantren. Saat usianya baru lima tahun, ia sudah khatam membaca Alqur'an.

Saat masih kecil, ia pernah mengenyam pendidikan di sekolah Guverment di Sukadana dan tamat pada 1916. Di samping itu, ia juga belajar ilmu pengetahuan agama Islam kepada orang tuanya sendiri, yaitu KH Muhammad Nur. Setelah itu, ia mencari ilmu ke sejumlah pondok pesantren.

Ayahandanya adalah sosok ulama besar yang lama menimba ilmu di Tanah Suci. Kegemaran menuntut ilmu sang ayah rupanya menurun kepada sosok Ahmad Hanafiah. Di dalam negeri, ia tercatat pernah belajar di Pondok Pesantren Jamiatul Chairdi Jakarta pada 1916-1919.

Setelah sempat mengabdi menjadi guru Agama Islam dari tahun 1920 sampai 1925, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Ia belajar ke luar negeri agar memiliki pemikiran yang maju dan dapat mengupayakan bagaimana untuk mengusir penjajah Belanda yang telah menguasai wilayah tanah kelahirannya.

Di luar negeri, Ahmad Hanafiah tercatat pernah belajar di Pesantren Kelantan Malaysia pada 1925-1930. Masih haus akan ilmu pengetahuan, dia kemudian melanjutkan perjalanan menuntut ilmu ke Makkah.

Namun, Ahmad Hanafiah tidak langsung mencapai Makkah. Dalam perjalanan menuju Tanah Suci, ia singgah di India dan mendalami Ilmu tarekat. Ia baru sampai di Tanah Suci pada 1930. Ia pun belajar kepada para ulama di Masjidil Haram hingga tahun 1936.

Ahmad Hanafiah telah menunjukkan kepemimpinannya sejak muda. Jiwa itu terus ada dan berkembang dalam dirinya. Hal itu dibuktikan dengan kemampuannya selama dua tahun menjadi Ketua Himpunan Pelajar Islam Lampung di kota Makkah. Saat di Tanah Suci, ia juga sempat mengajar di Masjidil Haram pada 1934-1936.

Sekembalinya ke Indonesia, Kiai Ahmad Hanafiah kemudian aktif sebagai dai di Lampung dan menjadi Ketua Serikat Dagang Islam (SDI) di wilayah Kawedanan Sukadana (1937-1942). Kepiawaiannya mengatur organisasi bukan hanya di tingkatan konsep, melainkan juga manajemen yang rapi hingga ke akar rumput. 

Kiai Ahmad Hanafiah adalah seorang ulama yang bukan hanya sibuk di bidang keillmuan, melainkan diterapkan dalam praktik dengan mendampingi masyarakat sekitar menumbuhkan ekonomi. Berbagai upaya membuat teknologi pertanian pun dilakukan.

Sebagai ketua Serikat Dagang Islam, Kiai Ahmad Hanafiah menerapkan usaha-usaha mebel, home industry sabun, dan rokok kretek untuk membantu keahlian para masyarakat dan para santrinya. Selain itu, ia juga mengelola lembaga pendidikan pesantren yang meneruskan ayahnya.

Ia mampu membuktikan dirinya sebagai tokoh pencerdas bangsa dengan aktif memimpin Pondok Pesantren Al Ikhlas Sukadana pada 1942-1945. Ia pun menjadi buronan di saat Belanda menganggap organisasi yang dipimpinnya, Sarekat Dagang Islam sebagai organisasi yang membahayakan bagi pemerintahan Belanda saat itu.

Saat terjadinya Perang Dunia II, kemudian Belanda menyerahkan pemerintahannya secara resmi kepada Jepang. Dikutip dari artikel jurnal Historia yang berjudul “KH. Ahmad Hanafiah: Pejuang Kemerdekaan Indonesia”, Kiai Ahmad Hanafiah kemudian diangkat menjadi anggota Sa-ingkai atau semacam anggota dewannya masa Jepang di Keresidenan Lampung. Dari sinilah dimulai kiprahnya dalam perpolitikan, yang membawanya untuk berjuang demi kepentingan Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement