Sabtu 04 Nov 2023 06:46 WIB

Dolar Menguat Signifikan, Sri Mulyani: Picu Pelemahan Mata Uang Negara Lain

Depresiasi nilai tukar rupiah masih relatif lebih baik, yakni 2,34 persen ytd.

Rep: Novita Intan/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Foto: Prayogi/Republika.
Menteri Keuangan Sri Mulyani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyebut, penguatan dolar AS secara signifikan mendorong pelemahan berbagai mata uang negara lain, termasuk nilai tukar rupiah. Indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama per 27 Oktober 2023 berada di level 106,56 atau menguat 2,93 persen year to date (ytd). 

Ketua KSSK Sri Mulyani mengatakan, peningkatan indeks mata uang utama memberikan tekanan depresiasi terhadap mata uang utama, seperti Yen Jepang dan Dolar Australia yang melemah masing-masing 12,61 persen dan 6,72 persen ytd, serta depresiasi mata uang kawasan, seperti Ringgit Malaysia dan Baht Thailand masing-masing 7,82 persen dan 4,39 persen ytd. 

Baca Juga

"Penguatan dolar AS yang terjadi secara signifikan mendorong pelemahan berbagai mata uang negara-negara lainnya termasuk nilai tukar rupiah," ujarnya saat konferensi pers KSSK di Gedung Bank Indonesia, Jumat (3/11/2023).

Menurutnya, dengan langkah-langkah stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, depresiasi nilai tukar rupiah masih relatif lebih baik, yakni 2,34 persen ytd. Ke depan, langkah stabilisasi nilai tukar rupiah diperkuat agar sejalan dengan nilai fundamentalnya dan mendukung upaya pengendalian imported inflation. 

Selain itu, upaya-upaya lainnya juga terus diperkuat untuk meningkatkan mekanisme pasar dalam manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri, serta meningkatkan dan memperluas koordinasi dalam rangka implementasi instrumen penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023. 

“Penguatan harmonisasi kebijakan fiskal, moneter dan sektor keuangan juga akan terus dilakukan untuk memperkuat efektivitas bauran kebijakan makro baik dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan maupun untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement