Kamis 19 Oct 2023 20:42 WIB

Pentingnya Perkuat Solidaritas Kemanusiaan dari Indonesia untuk Palestina

Hal yang bisa dilakukan masyarakat Indonesia ialah memperkuat solidaritas kemanusiaan

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Ani Nursalikah
GM Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Haryo Mojopahit (kanan) bersama Redaktur Pelaksana Pengembangan Ekosistem Republika Subroto Kardjo (tengah) dan Moderator Syamsul A. menyampaikan paparan saat diskusi publik di Jakarta, Kamis (19/10/2023). Diskusi publik bertajuk Dukungan Bantuan Kemanusiaan Untuk Palestina tersebut membahas dukungan bantuan yang dibutuhkan Palestina ditengah konflik dengan Israel yang masih berlangsung.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
GM Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Haryo Mojopahit (kanan) bersama Redaktur Pelaksana Pengembangan Ekosistem Republika Subroto Kardjo (tengah) dan Moderator Syamsul A. menyampaikan paparan saat diskusi publik di Jakarta, Kamis (19/10/2023). Diskusi publik bertajuk Dukungan Bantuan Kemanusiaan Untuk Palestina tersebut membahas dukungan bantuan yang dibutuhkan Palestina ditengah konflik dengan Israel yang masih berlangsung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa menggelar diskusi publik bertajuk 'Dukungan Bantuan Kemanusiaan Untuk Palestina' di Jakarta, Kamis (19/10/2023). Diskusi ini menghadirkan dua narasumber yaitu GM Komunikasi dan Aliansi Strategis Dompet Dhuafa Haryo Mojopahit dan Redaktur Pelaksana Pengembangan Ekosistem Republika Subroto Kardjo.

Dalam kesempatan itu, Haryo memulai diskusi dengan mengulas soal akar masalah konflik antara Israel dan Palestina. Dia mengatakan, naiknya eskalasi yang terjadi di Palestina, tepatnya di Jalur Gaza, tidak bisa dilepaskan dari akar masalahnya yakni ketidakadilan.

Baca Juga

"Inilah yang dimulai jauh sebelum pendudukan Israel di tanah Palestina, pada sekitar tahun 1947 dan Perang Dunia II. Gerakan zionis sendiri berakar dari ketidakadilan yang dialami oleh Yahudi di mana mereka dipersekusi dan diusir sehingga memimpikan negara yang aman dan damai sehingga muncul ideologi zionis," ujarnya.

Ketidakadilan tersebut menemukan muaranya pada saat pendirian negara Israel. Namun, pendirian Israel ini pada akhirnya menimbulkan ketidakadilan baru yang menimpa orang-orang yang sudah hidup di negeri itu sudah sejak lama.

"Dan yang terlihat adalah pemerintahan yang apartheid, inilah yang menjadi akar masalah sebagai latar belakang eskalasi sekarang ini," katanya.

Haryo juga menguraikan, tidak ada konflik tanpa ada provokasi yang meningkatkan ketegangan. Dia menyampaikan, tingkat kekerasan yang dilakukan oleh para pemukim Israel terhadap warga Palestina terus meningkat, sejak 2021 hingga 2023. Namun, ini dibiarkan oleh pemerintah Israel.

"Pada 2022 itu dua kali jumlah kekerasan dari 2021. Dan pada tahun ini sudah hampir tiga kali lipat dari 2021. Kita lihat, ada semacam pembiaran terhdap aksi-aksi kekerasan dari para pemukim Israel misalnya di Masjid Al Aqsa yang kemudian memicu kemarahan Palestina," ujarnya.

Kekerasan pemukim Israel...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement