Senin 25 Sep 2023 16:59 WIB

Pejabat Senior AS Tiba di Armenia

Samantha Power akan bertemu dengan para pejabat senior pemerintah Armenia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kunjungan Kepala Badan Pembangunan Internasional AS, Samantha Power dan Penjabat Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Eropa dan Eurasia, Yuri Kim akan menjadi kunjungan pertama pejabat senior AS ke Armenia
Foto: AP
Kunjungan Kepala Badan Pembangunan Internasional AS, Samantha Power dan Penjabat Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Eropa dan Eurasia, Yuri Kim akan menjadi kunjungan pertama pejabat senior AS ke Armenia

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat senior Pemerintah Amerika Serikat (AS) dijadwalkan tiba di Armenia pada Senin (25/9/2023). Kedatangan pejabat senior ini berlangsung setelah etnis Armenia di Nagorno-Karabakh memulai eksodus massal pada Ahad (24/9/2023) setelah Azerbaijan mengalahkan pejuang di wilayah yang memisahkan diri tersebut dalam konflik yang dimulai pada era Soviet.

Kunjungan Kepala Badan Pembangunan Internasional AS, Samantha Power dan Penjabat Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Eropa dan Eurasia, Yuri Kim akan menjadi kunjungan pertama pejabat senior AS ke Armenia sejak gencatan senjata pekan lalu. Power akan bertemu dengan para pejabat senior pemerintah.

Baca Juga

"Power akan menegaskan dukungan AS terhadap demokrasi, kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Armenia serta komitmen untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang berasal dari Nagorno-Karabakh,” kata seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim.

Power akan menjadi Administrator USAID pertama yang mengunjungi Armenia. Power akan menegaskan kemitraan AS dengan Armenia, dan menyatakan keprihatinan mendalam terhadap populasi etnis Armenia di Nagorno-Karabakh serta membahas langkah-langkah untuk mengatasi krisis kemanusiaan di sana.

“Amerika Serikat sangat prihatin dengan laporan mengenai kondisi kemanusiaan di Nagorno-Karabakh dan menyerukan akses tanpa hambatan bagi organisasi kemanusiaan internasional dan lalu lintas komersial,” kata pejabat itu.

Warga Armenia di Karabakh, wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi sebelumnya berada di luar kendalinya, dipaksa melakukan gencatan senjata pekan lalu setelah operasi militer 24 jam oleh militer Azerbaijan. Orang-orang Armenia tidak menerima janji Azerbaijan untuk menjamin hak-hak mereka karena wilayah tersebut terintegrasi.

Pemimpin Nagorno-Karabakh mengatakan kepada Reuters, 120.000 warga Armenia di kawasan itu tidak ingin hidup sebagai bagian dari Azerbaijan karena takut akan penganiayaan dan pembersihan etnis. Pemerintah Armenia mengatakan, total 1.050 orang telah menyeberang ke negara itu dari Nagorno-Karabakh.  Tidak diketahui kapan sebagian besar penduduk akan pindah ke Armenia.

Armenia telah menyiapkan tempat untuk puluhan ribu warga Armenia dari wilayah Nagorno-Karabakh, termasuk hotel di dekat perbatasan. Pada Sabtu (23/9/2023) malam, pihak berwenang Armenia di wilayah tersebut mengatakan, sekitar 150 ton kargo kemanusiaan dari Rusia dan 65 ton bantuan lainnya yang dikirim oleh Komite Palang Merah Internasional telah tiba di wilayah tersebut.

Karabakh dikuasai oleh pemerintahan yang memisahkan diri sejak perang pada awal 1990an di tengah pecahnya Uni Soviet. Pada 2020, setelah pertempuran selama beberapa dekade, Azerbaijan, yang didukung oleh Turki, memenangkan Perang Karabakh Kedua selama 44 hari. Azerbaijan merebut kembali wilayah di dalam dan sekitar Karabakh.  Perang itu berakhir dengan kesepakatan damai yang ditengahi Rusia. Menurut Armenia, Moskow gagal menjamin kesepakatan damai itu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement