Sabtu 12 Aug 2023 07:08 WIB

Jangan Pernah Berharap kepada Manusia tetapi Cukuplah kepada Allah SWT, Mengapa?

Hanya Allah SWT tempat menyandarkan harapan di dunia

Rep: Zahrotul Oktaviani / Red: Nashih Nashrullah
Berdoa melangitkan harapan. Ilustrasi. Hanya Allah SWT tempat menyandarkan harapan di dunia
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Berdoa melangitkan harapan. Ilustrasi. Hanya Allah SWT tempat menyandarkan harapan di dunia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam hidup manusia, kesulitan dan tantangan merupakan dua hal yang secara konstan akan selalu ada. Setiap fase kehidupan yang dijalani memiliki tantangan dan ujiannya masing-masing. 

Imam Shamsi Ali menyebut, pada akhirnya kehidupan ini harus dipahami sebagai “tantangan” (challenge). Hidup itu adalah tantangan.

Baca Juga

"Dan kita hidup juga untuk tertantang. Mungkin itulah salah satu makna dari tangisan setiap bayi di saat terlahir ke atas dunia ini. Selama sembilan bulan merasakan kenyamanan dalam rahim sang ibu., kini harus keluar untuk menghadapi tantangan sepanjang hayatnya," ujar dia dalam pesan yang diterima Republika.co.id, Sabtu (10/8/2023).

Dalam dua tiga bulan terakhir ini misalnya, secara pribadi ia merasakan betapa hidup itu penuh dengan tantangan. Apa yang ia coba perjuangkan bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan bagian dari perjuangan di jalan dakwah.

Selama berusaha mewujudkan pondok pesantren yang masih dirintis di Amerika Serikat, ia merasakan betapa dunia itu sering sumpek dan terasa tidak bersahabat. Ada sahabat yang menyambut dengan senyuman, ada pula yang menjaga jarak dengan kecurigaan seolah ia mengejar sesuatu untuk kepentingan pribadi.

"Baru kali ini saya merasakan betapa mengharap, apalagi “mengemis” itu pahit dan menyakitkan (painful). Tiba-tiba saja perasaan minder bahkan ada semacam kehinaan yang terasa mencengkram," lanjutnya.

Bahkan, dia merasa seolah-olah tengah digerogoti oleh perasaan bersalah. Menjadikan sebagian orang khawatir, bahkan menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu.

Dalam prosesnya, menghadapi tantangan hidup seringkali menjadikan dada terasa terhimpit dan sesak dan pikiran berkecamuk. Ragam kekhawatiran dan kegalauan terasa merampok ketenangan dan ketentraman hidup, membuat tidur di malam hari tidak lagi nyenyak. Bahkan, hal ini disebut berdampak pada kesehatan fisik, mental dan pikiran (well being).

Namun, di sisi lain semua itu menjadi proses penyadaran tentang kenyataan. Nyatanya, tidak semua orang di sekitar kita harus tahu segala permasalahan dan kesulitan yang sedang dihadapi, termasuk mereka yang dianggap deket/

"Ada permasalahan dan kesulitan hidup yang hanya Allah SWT dan diri kita sendiri yang tahu. Biarlah itu menjadi rahasia kita dengan sang Pencipta," kata salah satu ulama Indonesia yang lama tinggal di Amerika ini.

Di momen-momen seperti itu, manusia disebut sedang diingatkan dan tersadarkan oleh keterbatasan segalanya. Keterbatasan diri sendiri dan keterbatasan semua yang ada di sekitar kita. Orang-orang sekitar disebut tidak tahu, bahkan ada yang tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita.

"Semua ini sekaligus menyadarkan kita akan Dia Yang Qadiir. Dia Yang Mahamenguasai alam semesta tiada batas. Di saat orang lain tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, bahkan di saat orang lain menjaga jarak seraya menumbuhkan ragam kecurigaan. Dia, Allah Yang Mahaqariib, justru sedang melambai mengajak hamba-hamba-Nya yang takut kepada-Nya untuk bersegera dan semakin mendekat," ucap dia.

Imam Shamsi Ali menyebut Allah SWT tidak pernah menjauh, malah selalu memberikan jalan keluar. Memang, di dunia ini hanya Allah SWT yang memiliki jalan-jalan kemudahan itu.

Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar

Allah SWT menjanjikan solusi kepada manusia-manusia yang terperangkap oleh permasalahan hidup. Bukan cuma itu, Allah SWT juga yang berkuasa untuk membuka pintu-pintu kemudahan bagi mereka yang kesulitan.

Pengalaman hidup banyak mengajarkan bahwa berharap dari makhluk hanya akan menjatuhkan kehormatan dan mendatangkan kehinaan. Berharap dan meminta kepada makhluk, hanya semakin menumbuhkan rasa minder dan tak percaya diri.

Sebaliknya, berharap kepada Allah SWT itu hal yang pasti dan akan mendatangkan kemuliaan. Maka, ia menyebut jika meminta hendaknya meminta kepada Allah SWT dan jika berharap, berharaplah kepada-Nya.

"Allah tempat kita kembali. Hanya pada-Nya semata segala cita dan harapan kita gantungkan. Kepada-Nya kita bertawakal dan kepada-Nya pula kita semua akan kembali. Mengharap kepada makhluk mengecewakan dan menghinakan. Mengharap kepada Allah memuaskan dan memuliakan," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement