Jumat 11 Aug 2023 18:56 WIB

Lima Bukti Agama Bukan Hasil Pemikiran Umat Manusia

Agama merupakan inspirasi kehidupan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi orang berzikir memohon ampunan Allah.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ilustrasi orang berzikir memohon ampunan Allah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah agama merupakan hasil pemikiran manusia? Tentu jawabannya sudah tentu agama bukan hasil pemikiran manusia. Agama-agama yang ada di dunia ini mempunyai ciri yang khas.

Pertama, pembawa agama adalah orang yang biasa di tengah masyarakat. Mereka tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan yang tinggi, tapi mereka berani memberikan ajaran kepada orang-orang besar dan kecil.

Baca Juga

Kemudian dalam waktu tertentu pembawa agama dengan para pengikutnya meningkat jumlahnya. Termasuk meningkat kedudukannya dari yang rendah sampai kepada kedudukan yang tinggi. Ini membuktikan bahwa pembawa agama dibantu oleh Kekuasaan Yang Maha Agung.

Kedua, semua pembawa agama itu adalah orang-orang yang sejak sebelum menjadi Nabi telah dihargai dan dinilai tinggi oleh masyarakatnya. Karena tingginya budi pekerti mereka sebelum menjadi Nabi.

Setelah mereka menyatakan kenabiannya, orang-orang kemudian hari menjadi musuhnya. Oleh karena itu, tidak masuk akal sama sekali bahwa mereka yang tidak pernah dusta terhadap manusia dengan serta-merta berdusta terhadap Tuhannya.

Pengakuan yang universal tentang kesucian dari kehidupan para pembawa agama sebelum menjadi Nabi dan menyiarkan agama, itu adalah suatu bukti tentang kebenaran ajaran mereka.

قُل لَّوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا تَلَوْتُهُۥ عَلَيْكُمْ وَلَآ أَدْرَىٰكُم بِهِۦ ۖ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيكُمْ عُمُرًا مِّن قَبْلِهِۦٓ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Katakanlah: "Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu." Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya? (Surah Yunus Ayat 16)

Ayat ini berarti bahwa Nabi Muhammad SAW menyatakan kepada mereka (penduduk Makkah) bahwa ia telah lama hidup bersama dengan mereka dan mereka mempunyai kesempatan yang cukup panjang untuk mengamati Nabi Muhammad SAW. Mereka juga telah menjadi saksi tentang kejujurannya, maka bagaimana mungkin mereka dapat berkata bahwa Nabi Muhammad SAW pada waktu itu berani berdusta terhadap Tuhannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement