Kamis 10 Aug 2023 22:47 WIB

Khutbah Jumat Masjid Istiqlal: Kemerdekaan Nikmat Sekaligus Ujian

Kemerdekaan adalah anugerah Allah SWT untuk bangsa Indonesia

Shalat Jumat di Masjid Istiqlal (ilustrasi).  Kemerdekaan adalah anugerah Allah SWT untuk bangsa Indonesia
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Shalat Jumat di Masjid Istiqlal (ilustrasi). Kemerdekaan adalah anugerah Allah SWT untuk bangsa Indonesia

Oleh : Prof KH Asrorun Niam Sholeh Ketua MUI Bidang Fatwa

REPUBLIKA.CO.ID, KHUTBAH I

 السلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

Baca Juga

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ

أَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ 

 

Hadirin Jamaah Jumu’ah rahimakumullah

Alhamdu lillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia kepada kita semua. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan Nabi kita Muhammad Saw. beserta keluarganya, para sahabatnya serta kaum Muslimin dan Muslimat hingga akhir zaman. 

Hadirin Jamaah  Jumu’ah rahimakumullah.

Mengawali khutbah di siang yang penuh barakah ini, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Salah satu inti dari keimanan adalah kemampuan membebaskan diri dari penghambaan kepada sesama makhluk menuju kepada penghambaan dan kepasrahan total kepada al-Khaliq. Spirit keimanan inilah yang mendorong setiap umat Islam untuk memerdekakan diri, merdeka dari segala belenggu perbudakan kepada sesama makhluk, menuju penghambaan hakiki, hanya kepada Sang Ilahi Rabbi.

Di tengah kesadaran tauhid tersebut, guna mewujudkan kebangsaan yang bebas kita menyatakan kemerdekaan, merdeka dari penjajahan dan dari perbudakan. Kemerdekaan yang kita peringati setiap bulan Agustus merupakan panggilan keimanan dan buah dari kesadaran ketuhanan. Karenanya, dalam pembukaan UUD 1945 disebutkan secara eksplisit: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”. 

Hadirin Jamaah Jumu’ah rahimakumullah

Bagi bangsa Indonesia, bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan. Dan kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah buah dari rahmat Allah Yang Maha Kuasa, serta panggilan tauhid kita. Setiap 1 Agustus, Presiden RI memulai bulan Kemerdekaan dengan Dzikir Akbar di Istana Negara. Ini sebagai bentuk kesyukuran dan kesadaran tentang hakekat kemerdekaan yang kita rayakan hari ini, tidak lain dan tidak bukan adalah karena rahmat dan karunia Allah SWT. Ini adalah kesadaran keimanan. Kesadaran keimanan yang menjelma menjadi komitmen melepaskan diri dari perbudakan; komitmen untuk menghamba kepada harta, menghamba pada kekuasaan dunia, dan menghamba kepada sesama makhluk-Nya.

Dzikir Akbar, sebagai pembuka rangkaian Bulan Kemerdekaan adalah sunnah hasanah yang perlu dilestarikan, oleh siapun Presidennya, dan oleh kita semua sebagai umat beragama. Dzikir dengan mengagungkan asma Allah SWT sebagai manifestasi tasyakkur kita atas nikmat, rahmat dan karunia Allah SWT yang diberikan kepada kita. Allah SW berfiman dalam QS Ibrahim ayat 7:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih

Tasyakkur tersebut menjadi semakin penting, ketika pasca proklamasi kemerdekaan hingga hari ini, kita dikaruniai tegaknya kepemimpinan negara yang menjamin rasa aman dan nyaman, bebas menjalankan aktifitas keagamaan, dan dapat terjaminnya rasa aman, serta dapat terpenuhinya sandang, pangan, papan. Salah satu tujuan pemerintahan adalah menjamin tegaknya agama dan terurusinya urusan dunia kita, sebagaimana disebutkan Imam al-Mawardi dalam al-Ahkam al-Sulthaniyyah:

الإمامة موضوعة لخلافة النبوة في حراسة الدين وسياسة الدنيا 

Kepemimpinan (Imamah) itu dibangun untuk pengganti (fungsi) kenabian dalam menjaga agama serta mengurusi urusan duniawi. 

Kehadiran Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai salah satu buah proklamasi Kemerdekaan adalah nikmat dan karunia yang perlu kita syukuri. Rasa aman dan tenteram yang kita alami hari ini, hingga kita memungkinkan untuk menjalankan aktifitas keagamaan dengan baik adalah kondisi yang perlu kita syukuri.

Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar

 

Cara pandang positif dan optimistik akan mengantarkan hati dan pikiran kita untuk mudah bersyukur pada rahmat dan karunia Allah SWT. Sebaliknya, jika hati dan pikiran kita diliputi oleh cara pandang negatif dan pesimistik, maka yang muncul adalah keluh kesah, serba kurang, hingga keputusasaan atas rahmat dan karunia Allah SWT yang sangat besar ini.

Banyak umat Islam dan warga bangsa di berbagai belahan dunia, yang karena kurang syukurnya, melalaikan pentingnya persatuan untuk kesejahteraan. Mereka mengekspolitasi perbedaan untuk dipertentangkan, bertikai dan berperang tak berkesudahan, hingga menjauhkan warga dari rasa aman dan ketenangan.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement