Selasa 06 Jun 2023 16:20 WIB

Rusia Sebut F-16 Buatan AS Justru Mampu Bawa Senjata Nuklir ke Ukraina

Belum ada keputusan final mengenai pengiriman pesawat tempur F-16 itu oleh Washington

Rep: Amri Amrulllah/ Red: Lida Puspaningtyas
Ilustrasi jet tempur.
Foto: EPA-EFE/XINHUA / Mei Shaoquan
Ilustrasi jet tempur.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Senin (5/5/2023), bahwa jet tempur F-16 buatan AS justru dapat 'mengakomodasi' senjata nuklir. Lavrov lalu memperingatkan memasok senjata nuklir ke Kiev akan meningkatkan konflik lebih lanjut.

"Kita harus ingat salah satu modifikasi F-16 dapat 'mengakomodasi' senjata nuklir," kata Lavrov dalam pidatonya di sebuah pangkalan militer di Dushanbe, Tajikistan, menurut penjelasan di situs web kementerian pertahanan Rusia.

"Jika mereka tidak memahami hal ini, maka mereka tidak berguna sebagai ahli strategi dan perencana militer," katanya menambahkan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy telah lama meminta jet tempur F-16, dengan mengatakan kemunculannya bersama pilot Ukraina akan menjadi sinyal kemenangan. Bila kesempatan mendapatkan jet tempur F-16 itu dikabulkan, menurut Zelenskiy, yang pasti invasi Rusia akan berakhir dengan kekalahan.

Presiden AS Joe Biden sebelumnya mengatakan kepada para pemimpin G7 bulan lalu, Washington mendukung program pelatihan bersama sekutu untuk pilot Ukraina dengan pesawat tempur F-16. Namun, penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa belum ada keputusan final mengenai pengiriman pesawat tempur F-16 itu oleh Washington ke Kiev.

Lavrov juga mengatakan, bila pengiriman F-16 itu dilakukan, rakyat Rusia akan merapatkan barisan ketika dihadapkan sirinya pada tindakan Barat. Ia mengatakan, rakyat Rusia, akan berada di garis depan dalam konfrontasi yang disulut oleh Barat.

"Apa yang mereka lakukan semakin menyatukan kami. Jika ada sentimen di masyarakat ketika seseorang merasa santai dengan tren tertentu di sekitar kita, terutama di Ukraina, sentimen ini sekarang telah benar-benar hilang atau hanya tersisa di antara kelompok-kelompok marjinal," kata Lavrov dalam sebuah kunjungan ke sebuah pangkalan militer Rusia di Tajikistan, demikian menurut sebuah pernyataan di situs web kementerian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement