Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fariza Nusaiba

Mengurangi Dampak Stres Fisik Pada Lansia: Bangun Ketahanan Tubuh dan Pikiran dalam Diri Anda

Pendidikan dan Literasi | Tuesday, 06 Jun 2023, 13:26 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan, di antara penyakit-penyakit pada lansia yang paling menyita beban ekonomi dan sosial adalah penurunan fungsi kognitif.

Orang dikatakan lansia jika usianya lebih dari 60 tahun. Lansia, yang umumnya didefinisikan sebagai orang yang berusia 60 tahun ke atas, menghadapi tantangan yang unik dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh lansia adalah stres fisik, yang dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan dan kualitas hidup mereka. Pada lansia mengalami proses penuaan yang mengakibatkan perubahan-perubahan fungsi pada lansia, salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif.

Semakin bertambahnya usia seseorang maka kecepatan proses di pusat saraf semakin menurun yang dapat mengakibatkan perubahan penurunan fungsi kognitif. Kemunduran fungsi kognitif sebelum usia 50 tahun adalah abnormal dan patologis. Perubahan fungsi kognitif dialami hampir semua orang yang mencapai usia 70-an tahun. Pada usia 65-75 tahun didapati kemunduran pada beberapa kemampuan. Di atas usia 80 tahun didapati kemunduran yang cukup banyak.

Gambar 1. Dokumentasi di Panti Jompo Lestari, Gresik

Peningkatan jumlah penduduk lansia di masa depan dapat membawa dampak positif maupun negatif. Akan berdampak positif apabila penduduk lansia berada dalam keadaan sehat, aktif, dan produktif. Di sisi lain peningkatan jumlah penduduk lansia akan menjadi beban apabila lansia memiliki masalah penurunan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat stres lansia yang tinggal di Panti, terutama yang sudah kami kunjungi yaitu Panti Jompo Lestari. Sebagian penyebab stres lansia di Panti adalah mudah merasa lelah padahal tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan. "Rasane awak iki cekot-cekot, dik. Padahal mbah yo kerjoane mek turu tok," (Rasanya badan terasa pegal. Sedangkan nenek tersebut aktivitasnya hanya tidur) ujar salah satu lansia yang tinggal di Panti tersebut. Semakin tua umur maka akan terjadi penurunan kekuatan yang sangat besar. Walaupun tidak melakukan aktivitas fisik yang berat para lansia akan tetap merasakan kelelahan.

Pada saat di Panti Jompo Lestari, para lansia sangat antusias untuk menceritakan beberapa pengalamannya selama berada di Panti. Diselingi dengan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan penurunan fisik yang mereka alami. Setelah disimpulkan, gejala stres fisik yang dialami lansia berupa sakit kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur, insomnia (susah tidur), bangun terlalu awal, sakit punggung, terutama dibagian bawah, urat tegang terutama pada leher dan bahu, tekanan darah tinggi atau serangan jantung, selera makan yang berubah, mudah lelah atau kehilangan daya energi.

Penurunan fisik umum dialami lansia, misalnya penurunan sistem imun yang cenderung menurun, penurunan sistem integumen yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal, serta penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran. Perubahan fisik yang cenderung mengalami penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan secara fisik yang ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat sehingga mempengaruhi kesehatan serta akan berdampak pada kualitas hidup lansia.

Bagaimana sih cara membangun ketahanan tubuh dan pikiran pada diri sendiri?

Cara membangun ketahanan tubuh dan pikiran dalam diri adalah sebagai berikut :

 

  1. Mengelola perubahan dan adaptasi
  2. Mengelola kecemasan dan depresi
  3. Meningkatkan strategi penanganan stres
  4. Mempertahankan hubungan sosial yang positif
  5. Merawat diri dengan gaya hidup sehat

Penjelasannya adalah sebagai berikut,

Lansia sering menghadapi perubahan signifikan dalam kesehatan fisik, kemandirian, dan kehilangan orang-orang terdekat. Kesehatan pikiran yang baik dapat membantu mereka mengelola perubahan dengan lebih baik dan mempromosikan adaptasi yang sehat. Ini melibatkan penerimaan diri, pemahaman akan perubahan yang terjadi, dan mengembangkan strategi penyesuaian yang efektif.

Lansia mungkin mengalami kecemasan dan depresi sebagai respons terhadap stres. Kesehatan pikiran yang baik dapat membantu mengidentifikasi dan mengelola perasaan tersebut melalui dukungan sosial, terapi kognitif perilaku, dan teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam. Mengurangi kecemasan dan depresi dapat membantu mengurangi dampak stres fisik pada lansia.

Kesehatan pikiran yang baik dapat membantu lansia mengembangkan strategi penanganan stres yang efektif. Ini termasuk identifikasi faktor stres, mengembangkan cara untuk mengurangi stres sehari-hari, dan mengimplementasikan praktik kesehatan pikiran seperti relaksasi, aktivitas fisik, atau hobi yang menyenangkan. Menggunakan strategi penanganan stres yang sehat dapat membantu mengurangi dampak negatif pada kesehatan fisik lansia.

Kesehatan pikiran yang baik dapat membantu lansia mempertahankan hubungan sosial yang positif dengan keluarga, teman, dan komunitas. Hubungan sosial yang kuat dapat menyediakan dukungan emosional dan fisik, mengurangi rasa kesepian, serta memberikan saluran untuk berbagi dan mengatasi stres. Lansia harus didorong untuk tetap terhubung dengan orang-orang terdekat dan terlibat dalam kegiatan sosial yang menyenangkan.

Kesehatan pikiran yang baik juga mendorong lansia untuk merawat diri dengan mengadopsi gaya hidup sehat. Ini meliputi pola makan seimbang, olahraga teratur yang sesuai dengan kemampuan fisik mereka, tidur yang cukup, dan menghindari kebiasaan merokok atau minum alkohol secara berlebihan. Dengan menjaga gaya hidup sehat, lansia dapat memperkuat ketahanan tubuh mereka terhadap stres fisik.

Kesehatan pikiran memainkan peran yang sangat penting dalam mengurangi dampak stres fisik pada lansia. Lansia cenderung rentan terhadap stres karena perubahan fisik, sosial, dan emosional yang terkait dengan proses penuaan. Kesehatan pikiran yang baik dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup lansia.

Berikut adalah beberapa peran kesehatan pikiran dalam mengurangi dampak stres fisik pada lansia.

1. Manajemen stres

Kesehatan pikiran yang baik membantu lansia dalam mengelola dan mengurangi tingkat stres yang mereka alami. Dengan memiliki strategi penanganan stres yang efektif, seperti relaksasi, meditasi, atau terapi kognitif perilaku, lansia dapat meredakan ketegangan fisik dan emosional yang terkait dengan stres.

2. Penyembuhan yang lebih cepat

Pikiran yang positif dan optimis dapat mempercepat proses penyembuhan tubuh. Lansia yang memiliki kesehatan pikiran yang baik cenderung memiliki sistem kekebalan yang lebih kuat, mengoptimalkan fungsi tubuh mereka untuk mengatasi stres fisik dan pemulihan setelah cedera atau penyakit.

3. Peningkatan energi dan motivasi

Kesehatan pikiran yang baik dapat memberikan lansia energi dan motivasi yang diperlukan untuk menghadapi stres fisik. Dengan memiliki sikap mental yang positif, mereka lebih mungkin untuk menjaga gaya hidup aktif, berpartisipasi dalam aktivitas fisik, dan mengatasi hambatan fisik yang mungkin mereka hadapi.

4. Penurunan risiko gangguan mental

Kesehatan pikiran yang optimal dapat membantu lansia mengurangi risiko gangguan mental, seperti depresi dan kecemasan, yang dapat memperburuk dampak stres fisik. Dengan memelihara kesehatan mental yang baik, lansia dapat membangun ketahanan emosional yang membantu mereka menghadapi tantangan dengan lebih baik.

5. Peningkatan kualitas hidup

Lagi-lagi kesehatan pikiran yang baik berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan. Lansia yang dapat mengatasi stres fisik dengan baik melalui kesehatan pikiran yang optimal cenderung memiliki suasana hati yang lebih baik, kepuasan hidup yang lebih tinggi, dan hubungan sosial yang lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image