Jumat 02 Jun 2023 20:50 WIB

Cina Minta Hentikan Suplai Senjata ke Medan Perang Ukraina-Rusia

Cina menyebut penting untuk berhenti mengirim senjata ke medan perang.

Rep: Kamran Dikarma, Lintar Satria Zulfikar/ Red: Ferry kisihandi
Asap mengepul dari gedung-gedung dalam pemandangan udara Bakhmut, di wilayah Donetsk, Ukraina, Rabu (26/4/2023).
Foto: AP Photo/Libkos
Asap mengepul dari gedung-gedung dalam pemandangan udara Bakhmut, di wilayah Donetsk, Ukraina, Rabu (26/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Utusan Cina untuk Ukraina Duta Besar Li Hui menyerukan agar taka da pasokan senjata ke medan pertempuran Rusia-Ukraina. Seruan itu disampaikan Li saat AS dan sekutunya di Eropa meningkatkan pasokan rudal, tank, dan senjata lainnya ke Ukraina.

“Cina yakin jika kita benar-benar ingin mengakhiri perang, untuk menyelamatkan nyawa dan mewujudkan perdamaian, penting bagi kita untuk berhenti mengirim senjata ke medan perang atau ketegangan hanya akan meningkat,” kata Li kepada awak media, Jumat (2/6/2023).

Pada 15-28 Mei 2023, Li melakukan tur diplomatik. Dia mengunjungi Rusia, Ukraina, Polandia, Jerman, Prancis, dan kantor pusat Uni Eropa. Misi Li  berusaha menjembatani para pihak agar dapat mengadakan pembicaraan damai. 

Pemerintahan Presiden Cina Xi Jinping diketahui sudah menyatakan netral dan enggan berpihak pada salah satu kubu dalam konflik Rusia-Ukraina. Kendati demikian, Beijing menyatakan ingin menjadi mediator dalam proses penyelesaian konflik.

Sementara itu, seorang pejabat Rusia Vladimir Rogov, pada Jumat mengungkapkan, pasukan Ukraina telah menyerang sebuah rumah sakit lapangan di wilayah Zaporizhzhia. “Informasi tentang korban dan kerusakan sedang diklarifikasi,” ujarnya.

Selain itu, beberapa wilayah di barat Rusia juga menjadi sasaran serangan pesawat nirawak (drone) dan pasukan Ukraina pada Jumat. Gubernur wilayah Bryansk mengatakan pasukan Ukraina telah menembaki dua desa di dekat perbatasan Ukraina.

Sementara gubernur wilayah Kursk mengungkapkan, beberapa bangunan telah rusak dalam serangan drone semalam.

Drone jarak jauh juga menghantam dua kota di wilayah Smolensk. Sementara kepala wilayah Kaluga Rusia mengatakan ledakan dilaporkan terjadi di hutan. Tak ada korban jiwa maupun luka yang dilaporkan akibat serangan-serangan tersebut.

photo
Negara-negara yang bersekutu dengan Ukraina dan Rusia. - (Tim Infografis Republika.co.id)

Ukraina, pada Jumat, telah mencabut peringatan serangan udara di sebagian besar wilayahnya. Beberapa pejabat Ukraina mengungkapkan, pasukan negara tersebut tampaknya telah menembak jatuh lebih dari 30 rudal dan drone yang diluncurkan Rusia.

Moskow meluncurkan sekitar 20 serangan rudal dan drone terpisah terhadap kota-kota Ukraina sejak awal Mei. Awal pekan ini Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan berhasil menghancurkan kapal perang terakhir Ukraina bernama Yuriy Olefirenko. 

Kapal tersebut hancur dihantam rudal saat berada di pelabuhan Odesa Senin (29/5/2023). “Kapal perang terakhir Angkatan laut Ukraina, Yuriy Olefirenko, dihancurkan di dermaga kapal perang di Pelabuhan Odesa,” kata jubir Kemenhan Rusia Igor Konashenkov, Rabu (31/5/2023).

Dia mengungkapkan, Yuriy Olefirenko hancur setelah dihantam dengan “senjata presisi tinggi”, frasa yang biasa digunakan untuk merujuk pada rudal. Konashenkov tak menjelaskan detail tentang senjata atau rudal yang dipakai untuk menghancurkan kapal perang Ukraina tersebut.

Baca Juga: Rusia Kerahkan Pasukan Khusus Chechnya di Donetsk

Sementara itu jubir Angkatan Laut Ukraina Oleh Chalyk menolak mengomentari klaim Rusia perihal hancurnya kapal Yuriy Olefirenko. Dia menambahkan, Ukraina tidak akan merilis informasi apa pun terkait kerugian yang dialaminya selama berperang dengan Rusia.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement