Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Topik Irawan

Satu Abad NU, Refleksi Rahmatan Lil Alamin dalam Kearifan Lokal

Lomba | Friday, 10 Feb 2023, 07:01 WIB
Peringatan satu abad Nu dihadiri Presiden RI(sumber poto: instagram @jokowi)Satu Abad NU,

Berdasar kalender hijriyah, usia organisasi Nahdlatul Ulama tahun ini genap berusia satu abad, rentang waktu 16 Rajab 1344 Hijriyah hingga 16 Rajab 1444 Hijriyah. Merupakan mozaik indah yang mewarnai perjalanan organisasi, bahkan sebelum bangsa Indonesia berdiri, api semangat untuk fokus mengembangkan bidang agama,pendidikan, serta sosial ekonomi.

NU akan senantiasa menjaga berlakunya ajaran agama Islam yang menganut paham ahlussunnah wal jamaah, tak mudah ketika mendirikan organisasi ketika dalam situasi penjajahan saat itu, namun dengan mengusung kata Nahdlatul yang bermakna kebangkitan, disandingkan dengan kata Ulama yang mempunyai makna orang mempunyai kedalaman ilmu agama serta ilmu lainnya yang memberi kemaslahatan umat.

Hadirnya NU dan meneruskan eksistensi hingga satu abad lamanya, merupakan anugerah indah Allah bagi bangsa Indonesia, dari bangsa yang terjajah hingga merebut kemerdekaan. Nahdlatul Ulama membersamai Indonesia yang kita cintai. Bahwa ulama ulama NU mengawal serta memandu tatanan kultur sosial serta agama di negeri ini, adalah hal yang terbantahkan.

Mengisi kiprah dengan kebangkitan yang selaras dengan kearifan lokal, bahwa warga NU mempunyai asa untuk mumpuni di beragam aspek seperti ilmu pengetahuan, teknologi,seni dan sastra, ekonomi hingga politik. Dibimbing oleh kaum ulama yang terus bergerak secara progresif. Ulama dan umat bergerak bersama.

Berkumpulnya K.H Hasyim Asy’ari, K.H Abdul Wahab Chasbulah dan K.H Bisri Syansuri, dan sejumlah ulama lainnya pada tanggal 31 Januari 1926 dan mendirikan Nahdlatul Ulama. Menjadi titik balik penguatan kualitas hidup umat Islam di Indonesia, satu abad NU, pijar yang menyala, benderang menyinari peradaban hingga ke era milenium.

Resolusi Jihad Menyokong Tegaknya NKRI

Bahwa fakta sejarah ketika Republika Indonesia berusia belia, kemerdekaan diraih dengan darah dan air mata. Sang penjajah tak ingin bangsa jajahannya menjadi negeri yang berdaulat, Resolusi Jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 tak serta terjadi begitu saja.

Bahwa berperang menolak dan melawan penjajah itu adalah fardu ain. Dalam resolusi jihad besutan K.H Hasyim Asy’ari merinci jarak, bahwa radius 94 Km dari tempat dan kedudukan musuh, laki laki, perempuan, anak anak, baik yang bersenjata atau tidak, bersiap jihad.

Resolusi Jihad dari PBNU memantik api keberanian rakyat Surabaya untuk melawan tentara Sekutu, seluruh lapisan masyarakat antusias mengikuti arahan kyai karismatik kelahiran 14 Februari 1871. Perlawanan rakyat Surabaya yang heroik dan kita mengenangnya sebagai Hari Pahlawan, ilham perjuangannya ternyata bersumbu dengan Resolusi Jihad.

Tegaknya Negara Kesatuan Indonesia hingga saat ini, tak dapat dipungkiri adalah andil ulama ulama NU, mereka yang berjuang tanpa pamrih, ketawadhuan bersikap mengeluarkan Resolusi Jihad,menyuburkan perlawanan terhadap kolonialisme, ikhtiar untuk menyokong negeri Indonesia. Pantas bila hadirnya Resolusi Jihad ditanggal 22 Oktober 1945, menjadi ilham lahirnya Hari Santri Nasional.

Tri Ukhuwah Konsep Menggagas Peradaban Masa Depan

Gagasan genial yang merupakan sumbangan pemikiran NU adalah konsep Tri Ukhuwah. Bahwa manusia adalah makhluk sosial, persaudaran lintas kehidupan, persaudaran sesama muslim, persaudaran sesama anak bangsa dan persaudaran sesama manusia. Tri Ukhwah yang digagas oleh K.H Achmad Shiddiq.

Kenyataannya negara Indonesia yang majemuk memang memerlukan ide Tri Ukhwah sebagai pengejawantahan sisi persaudaran kemanusian, tanpa ruwet berpikir agama yang dianut, sisi humanis akan timbul, kemanusiaan dan persaudaran adalah kunci persatuan. Meski pemikiran K.H Achmad Shiddiq dikemukakan tahun 1989, namun masih relevan hingga saat ini.

Fiqih Peradaban, Lompatan NU Berijtihad Menyesuaikan Zaman

Yang patut diapresiasi adalah tampilnya NU yang memberikan progres dan juga lompatan yang memberikan manfaat bagi umat adalah terbukanya ijtihad dalam meneropong kesesuian zaman. Fiqih peradaban, para ulama ulama NU menggali gagasan, membincang persoalan di masyarakat.

Masalah kekinian dikupas, dengan fiqih peradaban, sehingga nantinya memandu masyarakat untuk tetap dalam koridor keislaman meski memang zaman terus berubah.Fiqih peradaban persembahan NU merupakan diplomasi global dengan tetap mengedepankan kearifan lokal Nusantara.

Pelestarian Tradisi Hingga Tantangan Kecerdasan Buatan

Sebagai organisasi keagamaan Islam terbesar di Indonesia, NU memiliki tradisi yang melekat seperti tahlilan, kendurenan, yasinan, istiqhotsah. Pelestarian nilai nilai baik ini menjadi tantangan tersendiri, ketika NU memasuki abad ke-2. Betapa tidak, saat ini adalah era digital, anak anak milenial cenderung individualistis karena gadget.

Apalagi fenomena society 5.0 yang mengedepankan artificial intelligence atau kecerdasan buatan dan robot yang makin memudahkan manusia memenuhi kebutuhan. Bila dahulu belajar perlu berjilid buku, serta harus nyantri.

Hubungan pembelajaran di pesantren yang melibatkan Kyai dan santrinya berlangsung intens tatap muka. Namun kini melalui kanal sosial media, pembelajaran bisa dilakukan melalui tutorial yang didapat dari Youtube, TikTok ataupun Instagram.

Data Asosiasi Jasa Internet Indonesia, penggunaan internet di tanah air tahun 2022 mencapai 210.069.769 juta pengguna. Memasuki era pergerakan sosial digital, semoga NU akan tetap melestarikan tradisi yang menjadi ciri NU, seraya memahami teknologi.

#lombanulisretizen #lombavideorepublika #satuabadnu #akudannu

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image