Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ely Widayati

Mengintip Fungsi Perpustakaan Sebagai Solusi Edukatif dan Rekreatif

Guru Menulis | Tuesday, 07 Feb 2023, 20:34 WIB

Perpustakaan merupakan tempat kedua setelah ruang kelas utama dalam sebuah sekolah atau madrasah. Bagaimana tidak, pagi-pagi ketika perpustakaan baru membuka pintu beberapa siswa sudah membututi pustakawan untuk masuk dan mencari sesuatu di dalamnya. Bahkan tidak hanya mencari, sekedar masuk, lalu melihat situasi dan keadaan perpustakaan yang lain dari sebuah kelas klasikal yang bernuanca cat sama. Paradigma mengenai perpustakaan mengalami perubahan bahwa sejatinya sebuah perpustakaan tidak hanya sebuah tempat untuk menyimpan buku, meminjam buku, kumpulan tumpukan buku dan rak klasik dan sederet stigma kuno lainya. Kini seiring dengan perkembangan zama perpustakaan menjadi sebuah tempat favorit bagi pengunjung terutama pemustaka.

Di perpustakaan de’Talenta Lib MTsN 6 Bantul misalnya, ruang perpustakaan menjadi tempat favorit bagi para siswa terutama pada jam-jam istirahat bahkan disela-sela pergantian pembelajaran. Hari ini pun sama dengan situasi sebelumnya. Para siswa yang notabenenya adalah pemustaka yaitu orang yang mendapatkan manfaat dari keberadaan perpustakaan sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang No 43 tahun 2007 menyebutkan bahwa pemustakan adalah perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Dalam hal ini pemustaka di madrasah berasal dari beberapa unsur seperti guru, pegawai, siswa, kepala madrasah, tokoh masyarakat, dan tamu dari luar yang berkunjung ke perpustakaan.

Perpustakaan de’Talenta Lib di awal tahun ini mencatat ribuan pengunjung yang datang ke perpustakaan. Untuk bulan Januari saja terekam melalui system sebanyak 1876 pemustaka yang datang untuk melakukan kegiatan kepustakaan baik membaca buku, mencari informasi melalui komputer pemustaka, maupun pembelajaran yang dilakukan dengan guru pendamping masing-masing. Dengan ruang baca yang disetting sedemikian rupa menjadi kelas, pustakawan yang terdiri dari tiga personal membantu menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keberlangsungan pembelajaran. Guru dapat menggunakan layar besar untuk menampilkan bahan belajar untuk ditayangkan. Jika ingin mempelajari keterampilan mendengarkan misalnya, bisa menggunakan speaker aktif yang tersedia. Bahan ajar yang tersedia di dunia maya menjadi alternatif solutif tanpa melihat obyek secara langsung.

Logis dan beralasan jika perpustakaan menjadi sebuah tempat yang disukai bagi warga madrasah. mereka yang menyukai berasal dari guru, pegawai, siswa hingga masyarakat luar yang berkunjung atau hanya sekedar singgah ke tempat mereka berasal. Sebuah tempat yang nyaman bagi pemustaka khususnya guru serta pegawai untuk melepaskan penat di ruangan yang ber-AC atau dengan kipas angin yang membuat mereka merasa rileks dan segar kembali setelah melakukan aktivitas kantor. Di sebuah ruang perpustakaan terdapat ruang pengolahan yang cukup untuk beristirahat beberapa orang untuk melepaskan penatnya.

Sofa yang terpajang di ruang sirkulasi menjadi tempat pertama untuk duduk bagi para pengunjung. Namun, tidak sembarang orang bisa duduk di kursi empuk itu lho. Hanya yang dinobatkan sebagai King and Queen of Reader dan juga mereka yang mendapatkan tiga nominator peminjam buku terbanyak setiap bulannya. Lalu apakah pengunjung yang lain tidak boleh duduk? Tentunya mereka bisa duduk dengan menggunakan kursi dan meja baca yang lebih banyak tersedia di ruang sirkulasi. Puluhan kursi berwarna orange dan hijau menyala memberikan nuansa berbeda dari ruangan lain.

Alasan lain adalah perpustakaan mempunyai akses dunia maya dengan segala fasilitasnya. Pemustaka yang notabenenya adalah para siswa selalu girang dan gembira ketika mendapatkan tugas untuk berselancar (browsing) dengan menggunakan komputer pemustaka. Tentunya komputer yang terkoneksi dengan internet ini hanya untuk kepentingan pembelajaran. Pustakawan membatasi pemakaian komputer untuk kepentingan kebutuhan pengetahuan bukan hiburan semata, maka aturan menjadi penting dalam menggunakan perangkat keras berbasis dunia gaib ini. Tidak hanya itu kegiatan ekstra kurikuler semacam klub Bahasa Inggris dan Arab misalnya juga menggunakan fasilitas perpustakaan untuk pembelajaran yang berbasis indoor. Sementara itu dari luar ruangan perpustakaanpun seperti tidak ada space yang tidak terpakai. Dari mulai halaman emperan untuk arena bermain dan pelatihan, halaman belakang untuk ruangan lifeskill, samping Gedung untuk ruang unjuk prestasi dan lorong literasi yang bernuansa mural warna warni cocok untuk spot foto dengan latar belakang lukisan nan menawan.

Pembelajaran di perpustakaan menjadi alternatif mereka mencari suasana kelas yang berbeda (doc.pri)

Sebuah fenomena umum, bila peserta didik melakukan persembunyian di perpustakaan. Alasanya dikelas terasa panas, tidak santai, terlalu tegang pembelajaranya dan seabrek alibi peserta didik ketika ditanya mengapa tidak segera masuk kelas mereka.

Pertemuan dan rapat koordinasi segala macam memenuhi jadwal penggunaan perpustakaan setiap harinya. Belum lagi jika ada tamu rombongan studi tiru, atau kunjungan kerja dari instansi lain, perpustakaan menjadi tempat strategis untuk melakukan benchmarking yakni lembaga sebagai patokan atas nilai yang dianggap lebih baik dan membandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perpustakaan bener-benar menjadi tempat healing bagi pengunjung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image