Sabtu 04 Feb 2023 11:45 WIB

Musim Hujan, Malaysia Khawatir Stok Sayur Langka Jelang Ramadan

Para petani di Malaysia sudah mulai keluhkan sulit memenuhi permintaan sayur.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Nora Azizah
Para petani di Malaysia kesulitan memenuhi permintaan sayuran jika musim hujan berlanjut hingga akhir bulan Februari ini.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Para petani di Malaysia kesulitan memenuhi permintaan sayuran jika musim hujan berlanjut hingga akhir bulan Februari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Saat ini Malaysia tengah menghadapi cuaca basah yang tidak biasa, setelah Tahun Baru Imlek. Kondisi ini jika berlanjut diperkirakan akan menyebabkan kekurangan produksi, yang dapat berlanjut hingga bulan puasa Ramadhan nanti.

Presiden Asosiasi Tukang Kebun Sayuran Yong Peng, Cheng Tai Hoe, mengatakan, para petani di negara itu kesulitan memenuhi permintaan sayuran jika musim hujan berlanjut hingga akhir bulan Februari ini. Menurutnya, beberapa sayuran seperti terong, tomat, kacang-kacangan, serta cabai sering kali banyak diminati selama Ramadhan dan Hari Raya Idulfitri. Untuk memenuhi pasokannya, membutuhkan waktu hingga dua bulan untuk matang sempurna.

Baca Juga

“Akibatnya, menjelang puasa diperkirakan pasokan sayuran tidak mencukupi dan harga cenderung naik, karena tingginya permintaan saat musim lebaran," kata dia dikutip di Malay Mail, Sabtu (4/2/2023).

Meski beberapa bahan sayur mengalami masalah, untuk sayuran berdaun seperti bayam dan sawi tidak perlu dikhawatirkan karena masih ada waktu untuk matang. Cheng mengatakan, produk dari negara tetangga Thailand kemungkinan juga akan terpengaruh oleh cuaca. Ia menambahkan, hal ini kemungkinan akan berpengaruh pada naiknya harga sayuran impor.

Sebagai contoh, harga ketimun telah naik antara 9 hingga 10 ringgit per kilogram, dibandingkan dengan harga maksimum sebelumnya 6 ringgit. Demikian pula kacang panjang yang diimpor dari Thailand, naik 16 ringgit per kilogram.

“Pertanian sayuran di Yong Peng sendiri juga sangat terpengaruh oleh banjir baru-baru ini dan produksi sayuran sangat rendah sejak dua minggu terakhir,” lanjut Cheng.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement