Jumat 03 Feb 2023 08:58 WIB

Erick Thohir Gembira Digitalisasi Bank Mandiri Ciptakan Efisiensi Rp 15 Triliun

Keberhasilan efisiensi Bank Mandiri ditopang superApps Livin

Karyawan menunjukan aplikasi Livin by Mandiri di Jakarta. Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan rasa gembira lantaran program digitalisasi BUMN, terutama pada bank-bank milik negara (Himbara) telah berhasil menciptakan efisiensi. Salah satunya adalah pencapaian Bank Mandiri yang menorehkan efisiensi biaya senilai Rp15 triliun lewat digitalisasi.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menunjukan aplikasi Livin by Mandiri di Jakarta. Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan rasa gembira lantaran program digitalisasi BUMN, terutama pada bank-bank milik negara (Himbara) telah berhasil menciptakan efisiensi. Salah satunya adalah pencapaian Bank Mandiri yang menorehkan efisiensi biaya senilai Rp15 triliun lewat digitalisasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan rasa gembira lantaran program digitalisasi BUMN, terutama pada bank-bank milik negara (Himbara) telah berhasil menciptakan efisiensi. Salah satunya adalah pencapaian Bank Mandiri yang menorehkan efisiensi biaya senilai Rp 15 triliun lewat digitalisasi. 

Keberhasilan efisiensi Bank Mandiri, kata Erick, ditopang oleh superApps Livin by Mandiri yang semakin digemari anak muda. 

"Apalagi kita juga dorong Livin bekerja sama untuk pariwisata yang mana kita punya InJourney (holding pariwisata), ada bandara, hotel, Sarinah, ini ekosistem yang besar," kata Erick usai menghadiri Mandiri Investment Forum (MIF) di Jakarta, Rabu (1/2/2023).

Superapps Livin' Mandiri dikembangkan dengan target utama mendukung industri pariwisata di Indonesia. Caranya, Livin' Mandiri didorong sebagai ekosistem payment yang menyambungkan kepentingan ekosistem pemerintah supaya end-to-end bisnis pariwisata ini lebih mudah. Ekosistem itu lantas disinergikan dengan InJourney selaku Holding BUMN Pariwisata.

Erick mengenang, digitalisasi Himbara digenjot setelah dirinya bertemu dengan seseorang di pesawat pada awal 2020. Saat itu, mereka membicarakan bagaimana bank-bank swasta saat itu mendorong digitalisasi. 

Usai pertemuan itu, Erick pun memanggil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Darmawan Junaidi untuk membicarakan proses digitalisasi di Himbara. Erick menyebut akselerasi digitalisasi merupakan hal yang penting mengingat tugas besar Himbara dalam penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yang mencapai 92 persen dari total penyaluran KUR. 

"Kalau tidak melakukan perubahan, sedangkan KUR-nya 92 persen, ini bahaya. Artinya akhirnya bebannya jadi mahal. Tapi tadi disampaikan alhamdulillah pertumbuhan (Mandiri) masih 14,9 persen, itu dua persen di atas yang lainnya," ucap Erick.

Erick mengingatkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia terletak pada dua hal utama yakni konsumsi domestik dan invetasi, baik melalui hilirisasi sumber daya alam atau industrialisasi pangan. BUMN, ucap Erick, berkomitmen membantu pemerintah yang menargetkan investasi masuk sebesar Rp 1.400 triliun.

"Kalau dari project BUMN sendiri tahun ini Rp 127 triliun, ini bukan dari bursa, kalau bursa lain lagi, entah dari aksi korporasi dan lain-lain. Kita juga mendorong program-program buku biru investasi di BUMN secara transparan. Salah satu yang ditonjolkan Bank Mandiri ada investasi dari private sektor," kata Erick.

Selain Bank Mandiri yang difokuskan untuk perkotaan, digitaliasi juga dilakukan pada bank plat merah lainnya yang menyasar segmentasi berbeda. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), misalnya, menggenjot digitalisasi untuk ranah pedesaan.

Roadmap Digitalisasi

Untuk menciptakan ekosistem digital, Kementerian BUMN mendorong digitalisasi dengan menyusun peta jalannya (roadmap). Upaya mengembangkan ekosistem digitalisasi BUMN dikembangkan bersama Telkom Group selaku perusahaan milik negara yang bergerak di bidang telekomunikasi. 

Hal yang disiapkan antara lain pembangunan data center dan komputasi awan alias cloud. Selain itu juga akan terus dilakukan pembangunan jaringan fiber optik dan memperluas jaringan 5G yang ada di Indonesia.

Untuk pendanaan, dibentuk Merah Putih Fund, yakni perusahaan modal ventura alias corporate venture capital (CVC). Perusahaan ini akan memberikan pendanaan kepada perusahaan-perusahaan startup dengan kriteria founder-nya berasal dari Indonesia, beroperasi di Indonesia, dan memiliki prospek untuk mencatatkan sahamnya di bursa saham Indonesia.

CVC ini dimodali oleh empat modal ventura milik BUMN, yakni BRI Ventures, Mandiri Capital, MDI Ventures, dan Telkomsel Mitra Inovasi. Telkomsel nantinya juga akan bertindak sebagai agregator dari digitalisasi BUMN yakni dengan Digico untuk pengembangan platform digital dan juga sebagai enabler bagi konten kreator lokal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement