Senin 30 Jan 2023 20:24 WIB

Indef: Kenaikan Dana Transfer ke Daerah Belum Turunkan Ketimpangan

Ketimpangan ekonomi masih 0,757. Mendekati satu artinya tinggi.

Warga beraktivitas di hunian yang berada diatas laut di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (30/1/2023). Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat posisi kemiskinan ekstrim di Jakarta per Maret 2022 mencapai 0,89 persen atau tembus 95.668 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,6 persen dibandingkan pada Maret 2021. Wilayah Jakarta Utara tercatat paling banyak terdapat warga yang mengalami kemiskinan ekstrim mencapai 35.770 orang dengan persentase sebesar 1,94 persen.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga beraktivitas di hunian yang berada diatas laut di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (30/1/2023). Badan Pusat Statistik DKI Jakarta mencatat posisi kemiskinan ekstrim di Jakarta per Maret 2022 mencapai 0,89 persen atau tembus 95.668 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 0,6 persen dibandingkan pada Maret 2021. Wilayah Jakarta Utara tercatat paling banyak terdapat warga yang mengalami kemiskinan ekstrim mencapai 35.770 orang dengan persentase sebesar 1,94 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa menilai peningkatan dana transfer ke daerah (TKD) belum diikuti dengan penurunan yang signifikan pada ketimpangan.

"Ketimpangan daerah masih menjadi masalah meski dana transfer ke daerah yang dilontarkan sudah sangat besar," ujar Riza dalam diskusi publik secara daring di Jakarta, Senin (30/1/2023).

Baca Juga

Dana transfer ke daerah tercatat meningkat beberapa tahun belakangan, yakni dari tahun 2020 yang sebesar Rp 692,7 triliun menjadi sebanyak Rp 723,48 triliun di tahun 2021 dan Rp 736,78 triliun pada tahun 2022.

Ia menyebutkan ketimpangan wilayah di Indonesia dapat dilihat dari capaian produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita antar provinsi yang menunjukkan kesenjangan yang masih tinggi, terutama antara Provinsi DKI Jakarta yang menjadi pusat ekonomi dan provinsi penghasil komoditas perkebunan seperti Riau dan Kalimantan.

Sementara PDRB per kapita terendah cenderung terlihat di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara.

Ketimpangan wilayah juga terlihat dari rasio gini provinsi yang masih cukup tinggi, dimana rasio gini tertinggi antara lain terlihat di DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Jawa Barat, Gorontalo Papua, dan Papua Barat.

Selain itu, Riza menyebutkan ketimpangan wilayah Indonesia juga terlihat dari Indeks Williamson Nasional yang berada di level 0,757 persen atau masih mendekati angka 1 di tahun 2020.

"Semakin mendekati angka satu itu berarti ketimpangan wilayah masih tinggi," jelasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement