Senin 30 Jan 2023 11:20 WIB

Warga Denmark Resah dengan Pembakaran Alquran oleh Rasmus Paludan

Paludan pemimpin Partai Stram Kurs membakar salinan Alquran di depan masjid Denmark

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
 Rasmus Paludan, pemimpin partai anti-Islam sayap kanan Denmark Stram Kurs (Garis Keras), membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Kopenhagen, Denmark, Jumat (27/1/2023).. Aksi itu ditanggapi dengan kemarahan dan protes di sekitar dunia sejak Paludan membakar kitab suci umat Islam di Stockholm seminggu sebelumnya.
Foto: EPA-EFE/Olafur Steinar Gestsson DENMARK OUT
Rasmus Paludan, pemimpin partai anti-Islam sayap kanan Denmark Stram Kurs (Garis Keras), membakar mushaf Alquran di depan kedutaan Turki di Kopenhagen, Denmark, Jumat (27/1/2023).. Aksi itu ditanggapi dengan kemarahan dan protes di sekitar dunia sejak Paludan membakar kitab suci umat Islam di Stockholm seminggu sebelumnya.

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Orang-orang yang tinggal di Denmark mengungkapkan kekesalan mereka atas pembakaran salinan Alquran oleh seorang tokoh sayap kanan Swedia-Denmark. Politikus Swedia-Denmark Rasmus Paludan, yang merupakan pemimpin Partai Stram Kurs (Garis Keras) membakar salinan Alquran di depan sebuah masjid di Denmark, pada Jumat (28/1/2023).

Tindakan pembakaran Alquran ini terjadi beberapa hari setelah Paludan melakukan aksi serupa di luar Kedutaan Besar Turki di Ibu Kota Swedia, Stockholm. Paludan mendapatkan izin dari polisi setempat untuk melakukan aksi tercela itu.

Baca Juga

Seorang ilmuwan Denmark, Ane Andresem (35 tahun) mengatakan, tindakan yang dilakukan Paludan telah membuat orang kesal. Menurut Andresem, perbuatan Paludan tidak masuk akal.

 "Jadi menurut saya apa yang dia lakukan tidak masuk akal. Secara hukum, dia dapat melakukan apa pun yang dia inginkan, dia dapat mengatakan apa pun yang dia inginkan, tetapi bukan berarti semua hal yang dia lakukan itu benar. Saya bukan Muslim, tapi saya bisa melihat umat Islam frustrasi," kata Andresem, dilaporkan Anadolu Agency, Ahad (29/1/2023).

Andresem mengatakan, tindakan seperti Paludan di Swedia, Norwegia, dan Denmark diizinkan untuk melindungi kebebasan berekspresi. Seorang pengusaha Denmark berusia 51 tahun Dorchemie Svain menggambarkan Paludan sebagai orang gila. Svain mengatakan, sangat tidak masuk akal mengapa polisi dan negara mengizinkan Paludan melakukan aksinya.

"Jika (pembakaran Alquran) itu memprovokasi orang-orang ini, Anda tidak akan melakukannya. Mengapa Anda melakukan ini? Saya pikir Anda tidak boleh melakukannya. Mengapa Anda melakukannya jika perilaku seperti itu membuat orang marah atau kesal?" kata Svain.

Warga Denmark lainnya yang meminta namanya dirahasiakan mengatakan, aksi Paludan akan menimbulkan masalah. Sementara Presiden Komunitas Muslim Denmark, Mohamed Nehme mengatakan, umat Islam bertindak bijak dalam menghadapi tindakan provokatif ini.

 "Kami terluka, tap kami tidak bereaksi. Kitab suci kami, Alquran, ada di hati kami. Tidak ada yang bisa mencabutnya dari hati kami," kata Nehme.

 Sementara itu, sekelompok Muslim di Denmark pada Ahad berkumpul di luar Kedutaan Besar Turki di Kopenhagen untuk memprotes pembakaran salinan Alquran. Duta Besar Turki untuk Kopenhagen, Rıza Hakan Tekin, perwakilan dari organisasi non-pemerintah, warga negara Turki dan asing ikut berpartisipasi dalam aksi protes tersebut. Ayat-ayat Alquran dibacakan dalam aksi tersebut.

 “Kami mengutuk perilaku biadab yang tidak sesuai dengan martabat manusia ini. Selain itu, kami mendorong semua intelektual, akademisi, lembaga swadaya masyarakat, awak media, dan orang-orang berakal sehat yang percaya pada hukum dan hak asasi manusia, yang peduli pada iman dan perdamaian sosial, untuk bereaksi dan mengambil inisiatif melawan serangan keji ini," kata pernyataan bersama para pengunjuk rasa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement