Sabtu 28 Jan 2023 23:32 WIB

Gubernur Khofifah: Wisudawan Miliki Kemampuan Atasi Masalah Kompleks

Gubernur Khofifah mengajak para sarjana berkontribusi membangun bangsa.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (tengah) berfoto bersama kepala daerah penerima Penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/11/2022). Pemprov Jatim meraih predikat Opini WTP ke-11 kalinya dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas keberhasilan menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2021.
Foto: ANTARA FOTO/Rizal Hanafi
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (tengah) berfoto bersama kepala daerah penerima Penghargaan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) di Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/11/2022). Pemprov Jatim meraih predikat Opini WTP ke-11 kalinya dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas keberhasilan menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta para wisudawan harus memiliki kompetensi complex problem solvingmetode untuk memperjelas suatu masalah yang sangat kompleks dalam kehidupan nyata, sebab kemampuan tersebut merupakan kualitas yang harus dimiliki pemimpin sejati.

"Hari ini Kita sudah masuk pada industri 4.0. Maka sebetulnya kompetensi pertama yang harus dimiliki adalah complex problem solving. Ini penting untuk menjawab perubahan-perubahan yang sering muncul dengan ketidakpastian. Seperti pandemi COVID-19, pemanasan global dan sebagainya," kata Gubernur saat menghadiri wisuda Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar, Jawa Timur di Blitar, Sabtu (28/1/2023).

Di depan 225 wisudawan wisudawati yang berasal dari Fakultas Ilmu Eksakta, Fakultas Ilmu Sosial dan Pendidikan, dan Fakultas Agama Islam UNU Blitar, Gubernur Khofifah menjelaskan bahwa seseorang harus menjadi enabler leader atau pemimpin yang pemungkin. Bahwa tidak pernah ada sesuatu yang mustahil bagi pemimpin dalam menyelesaikan masalah.

"Kita harus bisa menjadi enabler leadership. Jadi bisa mencari kemungkinan-kemungkinan dan solusi dari berbagai perubahan-perubahan di tingkat lokal, regional, nasional, maupun global," kata dia.

Ia menambahkan bisa jadi orang lain menilai bahwa tidak mungkin atau impossible, namun dengan kepemimpinan yang baik justru menjadi mungkin.

"Yang mungkin dianggap orang lain impossible, karena dia punya enabler leadership, maka bagi dia bisa jadi possible. Dimana dia hadir, dia akan selalu bisa jadi problem solver dan dia akan selalu mengasah inovasi, kreativitas dan kolaborasi untuk kita mencari solusi dari berbagai tantangan," kata Khofifah.

Selain itu, untuk menguasai peradaban dunia, mantan Menteri Sosial RI itu juga menekankan pentingnya listening society, schooling society, reading society, dan writing society. Sehingga tercipta masyarakat teredukasi yang dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman.

"Alhamdulillah, saya pikir sekarang society ini sudah menemukan tempat yang semakin kuat. Karena kita tidak bisa mencapai peradaban dunia tanpa memperkuat listening, schooling, reading, dan terakhir writing," ujarnya.

Gubernur juga menekankan hal penting lainnya adalah menjaga toleransi dan moderasi untuk membangun bangsa. Terlebih lagi banyak situasi kritis terjadi akibat perpecahan.

"Saat saya kunjungan kerja ke Mesir dan bersyukur bisa diterima Grand Syech Al-Azhar, beliau berpesan agar umat manusia bersatu jangan bercerai, bersatu jangan berpecah. Pesan ini bukan pesan sederhana. Karena bisa kita lihat bagaimana ekonomi dunia kemudian terpengaruh karena efek perang Rusia-Ukraina," ujar dia.

Khofifah juga menambahkan, kekuatan Indonesia ada pada moderasi dan toleransi antarsesama. Indonesia memiliki 714 suku bangsa, namun dengan toleransi itu persatuan dan perdamaian tetap dapat terjaga.

Rektor UNU Blitar Prof. Moh. Mukri mengatakan kehadiran Gubernur di tengah prosesi wisuda dapat menjadi akar serabut para wisudawan dan wisudawati dalam membangun spirit kemajuan.

"Kita tidak ada pilihan selain menjadi orang-orang cerdas. Ke depan harus bisa bersaing dengan kota lain bahkan negara lain. Kalau tidak membaca dan belajar, kita menjadi bukan siapa-siapa. Jadi sekali lagi, kita tidak punya pilihan selain menjadi masyarakat yang intelektual," kata Mukri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement