Jumat 27 Jan 2023 03:50 WIB

Dibikin Bimbang Naiknya Suku Bunga

Sri Mulyani heran, para bankir semringah kalau suku bunga naik.

Menteri Keunganan Sri Mulyani Indrawati menyentil para bankir terkait suku bunga. Foto ilustrasi Sri Mulyani.
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Menteri Keunganan Sri Mulyani Indrawati menyentil para bankir terkait suku bunga. Foto ilustrasi Sri Mulyani.

Oleh : Fuji Pratiwi, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Saat hadir secara virtual dalam pertemuan para bankir awal Januari 2023, Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mengeluarkan pernyataan nyentil kepada mereka.

Apa hal?

Sri Mulyani heran, para bankir semringah kalau suku bunga naik. Padahal, kenaikan suku bunga bank berdampak kepada perekonomian secara keseluruhan. Sebab, kalau suku bunga naik, nasabah harus menanggung beban bunga lebih besar.

"Kalau bicara tentang interest rate naik itu Anda sebetulnya malah menari-nari di atas penderitaan semua orang. Saya beda sekali kalau bicara tentang kenaikan suku bunga, Anda kayaknya wajahnya malah lebih bahagia gitu," kata Sri Mulyani di depan bos-bos perbankan.

Sri Mulyani menilai, para bankir berpikir, selama Menteri Keuangan bisa mengelola dan menstabilkan ekonomi, tak soal bila suku bunga naik.

Pada Kamis (19/1/2023), hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia adalah menaikan suku bunga acuan BI-7Day Reverse Repo Rate. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI rate naik naik sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,7 persen.

Alasan BI menaikkan suku bunga lagi adalah untuk memastikan inflasi inti tetap berada di bawah empat persen pada semester I 2023. Kenaikan suku bunga pun terukur.

Meski menaikkan suku bunga acuan, BI meminta bank tidak mentransmisikan kenaikan suku bunga itu ke deposito dan kredit. BI menjamin likuiditas perbankan cukup.

"Kami terus imbau perbankan, likuiditas kami jamin berlebih maka suku bunga deposito tidak harus ditransmisikan ke suku bunga kredit," kata Perry.

Menurut para pengamat, jika suku bunga acuan naik, perbankan akan melakukan penyesuaian bunga dalam waktu sekitar tiga bulan. Meski begitu, kenaikan suku bunga tetaplah menggelisahkan mereka yang punya kredit ke bank.

Bagaimana tidak, masyarakat harus menghadapi kenyataan beban pengeluaran yang tambah besar. Tarif listrik tidak naik, tapi kemungkinan sampai Maret 2023 saja. Harga BBM dan beras, sudah naik lebih dulu. Kenaikan tarif tol pun sudah membayangi.

Di sisi lain, peningkatan penghasilan pekerja tipis sekali. Belum lagi bayang-bayang pajak penghasilan. Kalau begini, kepala kita jadi pening bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement