Jumat 01 Mar 2013 08:13 WIB

Melongok Pembuatan Blangkon di Solo

Salah satu rumah yang menjadi tempat pembuatan blangkon
Foto: Raga Imam/UMJ
Salah satu rumah yang menjadi tempat pembuatan blangkon

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Jalan Sadewo Kelurahan Serengan Kecamatan Serengan menjadi salah satu sentral pengrajin blangkon yang ada di solo. Mbah Joyo yang pertama kali membuat Home Industri kerajinan blangkon yang sudah berlangsung selama 6 (enam) dekade atau 3 (Tiga) generasi.

Rudy, salah seorang pengrajin blankon mengatakan mbah Joyo adalah putra dari Koeswanto. ''Pak Koes dan Mbah Joyo inilah yang menjadikan daerah ini sebagai tempat pembuatan blangkon,'' ujarnya.

Para pengrajin yang aktif sekarang kebanyakan anak-anak Mbah Joyo dan para tetangganya.  Bagi masyarakat awam atau nonjawa, blangkon tentu hanyalah sebuah penutup kepala layaknya topi, tetapi tidak bagi para pengrajin blangkon itu sendiri. Bagi mereka bangkon adalah simbol adat yang memiliki nilai histori dan filosofi yang dalam.  

Pada mulanya blangkon melambangkan  pangkat atau derajat seseorang pada zaman dahulu, seperti para raja memakai blangkon perpawan dan para abdi dalam memakai cekok mondo atau kasapuan, sedangkan golongan muda memakai solo muda.

Blangkon kemudian digunakan oleh orang diluar nonjawa luar yang bukan dari jawa itu karena bentuk dari sebuah penghargaan dari keraton kepada seseorang yang telah berjasa dan sudah tidak terikat oleh adat, dan sampai sekarangpun industri pembuatan blangkon mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Di Jl Sadewo ini merupakan daerah/kampung home Industri yang memproduksi blangkon tidak hanya untuk kebutuhan masyarakat Solo itu sendiri, tetapi juga banyak menerima pesanan dari luar baik yang masih dalam lingkup tanah jawa maupun luar jawa. ''Blangkon ada yang berasal dari Jawa Timur, Yogja, Surabaya”  ujar Rahmat, salah seorang pengrajin.

Bahkan para pengrajin blangkon di home Industri Jl Sadewo mengaku banyak membuat blangkon dengan motif dan bentuk di luar varian blangkon kota Solo, misalnya Yogyakarta, Bandung, Sumatera, hingga Papua.  

Penulis: Raga Imam (Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UMJ)

sumber : UMJ
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement