Ahad 11 Nov 2012 14:49 WIB

Mengenal Jokowi, Pahlawan PKL di Solo

Jokowi dan ranjang lamanya di rumah dinas Gubernur DKI, Ahad (14/10).
Foto: Adhi Wicaksono
Jokowi dan ranjang lamanya di rumah dinas Gubernur DKI, Ahad (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Joko Widodo. Pria yang akran disapa Jokowi  ini bisa dikatakan sebagai pahlawan bagi masyarakat kota Solo. Bagaimana tidak? Berkat kepemimpinannya, Solo menjadi kota yang dikenal hingga ke dunia Internasional.

Beberapa program yang dibuat oleh Jokowi justru dapat memakmurkan dan mempercantik kota Solo.  Salah satu kesuksesannya waktu masih menjabat sebagai Wali Kota Solo adalah ketika merelokasikan pedagang kaki lilma (PKL) tanpa kekerasan dan kericuhan.

Bagi sebagian banyak pejabat, PKL merupakan masalah terbesar dalam sistem tata kota. Mereka dianggap sebagai perusak keindahan kota karena sering menjajakan barang dagangannya dipinggir jalan. Tak jarang jika mengusir paksa para PKL sudah dianggap sebagai cara yang lazim untuk memperindah pemandangan suatu kota. Tindakan kekerasan pun juga sering dilakukan oleh Satpol PP- Satuan Polisi Pamong Praja- dalam “mengusir” para PKL tersebut.

Namun hal itu tidak dilakukan Jokowi ketika masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Seluruh pentungan dan tameng milik Satpol PP digudangkan. Hal ini dilakukan agar para Satpol PP bertugas dengan hati nurani dan penuh kemanusiaan.

Pada saat ingin menjalankan program relokasi pertamanya di kawasan Banjarsari- kawasan paling elite di kota Solo- Jokowi mengajak 11 paguyuban PKL untuk makan siang bersama di kantor wali kota , Lojigandrung, Solo.  Pada jamuan makan siang tersebut, para PKL hanya diajak berbicara ringan sambil menyantap hidangan yang telah disediakan. Hingga pada akhrinya, di ke- 54, para PKL yang jumlahnya hampir seribuan itu diundang untuk mendengar pengumuman bahwa mereka ingin dipindahkan.

Alhasil, mereka setuju dengan usulnya. Meskipun tidak bisa menjamin bahwa pendapatan para pedagang yang pindah di tempat yang baru akan sama dengan tempatnya yang lama, Jokowi tetap mengiklankan Pasar Klitikan- tempat yang dijadikan relokasi PKL- di media cetak dan elektronik. Jokowi juga membuka rute angkutan baru ke arah pasar tersebut agar mudah dikunjungi.

Awalnya, para pedagang meminta kios yang diberikan itu secara gratis. Namun sebagai gantinya, para PKL dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 2.600 per hari. Jokowi yakin dengan biaya retribusi tersebut, modal pemerintah kota yang mencapai 9,8 miliyar itu bisa kembali.

Sifat kekeluargaan dan tanpa sekat dengan para rakyatnya yang dilakukan oleh Jokowi patut dicontoh oleh seluruh pemimpin di Indonesia. “Banyak yang bilang mereka nurut sama saya karena sudah diajak makan. Itu salah. Yang benar itu karena mereka di-wongke, dimanusiakan,” kata Jokowi yang sekarang menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Penulis: Fajar Yulianto (Mahasiswa Universitas Moestopo Jakarta)

Klub Jurnalistik ROL angkatan kedua

sumber : klub jurnalistik II
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement